"Permisi paman Rasta, saya Ratri. Saya ingin bertemu dengan Ki Rana," ucap Ratri menyapa seorang laki-laki yang masih cukup muda yang sedang membenahi sebuah sudut halaman.
"Oh, ini putrinya Ki Purnomo yang kemarin ke sini yah?" jawab Kang Rasta, "Kalian duduk saja dulu di teras. Akan saya panggilkan Ki Rana."
Widura dan Ratri baru saja duduk menunggu di teras ketika seorang perempuan muda menyajikan jajanan dan minuman untuk dua bocah itu. Sebelum mengundurkan diri, ia mempersilahkan tamu kecilnya menikmati makanan yang baru disuguhkan.
"Dua orang tadi itu siapa?" tanya Widura.
"Mereka yang membantu Ki Rana mengurus rumah. Mereka suami istri yang tinggal di sekitaran sini," jawab Ratri.
Widura mengangguk-anggukkan kepala sambil membulatkan bibirnya menanggapi jawaban Ratri. Kemudian ia edarkan pandangan berkeliling. Terlihat penampakan rumah yang sangat bagus bagi pandangannya. Pada tiang-tiang penyangga atap terdapat ukiran yang indah. Ukiran itu juga dilaburi dengan berbagai warna. Bagian bawah teras ditutupi dengan balok batu yang membuat kaki terasa nyaman dan bersih.
Ketika Widura mengintip bagian dalam rumah, terdapat banyak perkakas yang indah berhiaskan ukiran maupun lukisan. Ada sepasang pedang yang keseluruhan bilahnya berukir tergantung menyilang di dinding. Agak ke atas, tepat di bagian persilangan pedang, sebuah tameng berukir yang dibuat dari logam tergantung. Ada juga sebuah guci lengkap dengan tutupnya yang seluruh permukaannya dipenuhi lukisan yang menarik dilihat. Pendek kata, pemandangan dalam rumah Ki Rana terlihat luar biasa bagi Widura.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI