Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Meniti Jalanan Setapak 13

24 Desember 2024   07:43 Diperbarui: 24 Desember 2024   07:43 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wira dan pemuda yang menyertainya berjalan mendekat sambil melempar senyum. Sogol kemudian memperkenalkan teman-temannya kepada Wira. Kemudian Wira memperkenalkan pemuda yang datang menyertainya. Pemuda itu ternyata adalah kakak sepupu Wira yang bernama Pangga. Pada acara kali ini Pangga mengikuti pertandingan ketangkasan memanah.

"Kak Pangga, setelah ini aku akan bergabung dengan rombongan Sogol. Nanti aku akan mendatangi kakak di arena memanah," ujar Wira kepada kakak sepupunya setelah perkenalan singkat.

"Baiklah, kalian baik-baiklah semuanya," jawab Pangga.

"Iya Kakak!" jawab kumpulan anak-anak itu berbarengan.

Karena Wira pada dasarnya adalah seorang anak yang ramah dan mudah berteman, maka ia segera akrab dengan Widura dan teman-temannya. Percakapan 5 anak ini terhenti setelah seorang penyelenggara pertandingan bela diri mengumkan dimulainya putaran kedua.

Pada putaran kedua ini, Murti kebetulan mendapat panggilan pertama mendahului teman-temannya. Lawan Murti kali ini berperawakan agak tinggi dan besar. Ketika pertarungan dimulai lawan Murti banyak menggunakan gerakan kaki. Gerakan kaki lawan itu juga cukup gesit. Murti mengalami kesulitan melancarkan serangan.

"Aku rupanya melewatkan penampilan anak ini di putaran pertama. Aku baru tahu kalau ada bela diri yang mengutamakan kekuatan kaki. Apakah kamu pernah tahu sebelumnya?" Widura bertanya ke Wira.

"Aku belum pernah tahu sebelumnya," Wira menjawab sambil menggeleng.

Pada pertandingan kali ini, Murti kuwalahan membendung serangan lawannya. Akhirnya pertandingan itu berakhir dengan kekalahan bagi Murti. Setelah pertandingan lawan Murti itu langsung saja ngeloyor pergi sambil memasang raut meremehkan. Murti hanya bisa mendengus kesal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun