Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Meniti Jalanan Setapak 13

24 Desember 2024   07:43 Diperbarui: 24 Desember 2024   07:43 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat hasil gebrakan pertama antara peserta berseragam hijau dan peserta berpakaian biasa, penonton ada yang bergumam, menghembuskan napas dengan kencang, mengusap wajah, atau hanya menganga. Bagaimana bisa, peserta berpakaian biasa yang awalnya bertahan tiba-tiba berbalik dan hampir mendapat nilai.

Dua peserta kini kembali berdiri berhadapan. Mereka kembali saling mencari kesempatan menyerang. Sama-sama mereka saling melancarkan gerak tipuan, seolah menyerang tapi menarik kembali gerakan di tengah jalan. Hingga pada suatu ketika, saat peserta berseragam bergerak maju melontarkan pukulan, peserta berpakaian biasa menjatuhkan diri. Kaki peserta berpakaian biasa melakukan gerak sapuan kaki menebas kaki lawannya. Akibat tidak menyangka serangan itu, peserta berseragam terlambat bereaksi. Hasilnya ia jatuh terjengkang.

Sebuah serangan yang telak mengenai sasaran membuahkan nilai bagi peserta berpakaian biasa. Penonton sebagian bersorak dan sebagian lagi bertepuk tangan. Peserta berseragam lalu berdiri dan menggoyang-goyangkan kakinya yang baru saja terkena sapuan.

"Bagaimana nak? Apakah kakimu baik-baik saja?" tanya wasit.

Peserta berseragam menggelengkan kepala dan menyatakan kalau dia baik-baik saja. Pertandingan pun kembali dilanjutkan.

"Bagaimana menurutmu? Siapa yang bakal menang?" Sogol bertanya kepada Widura sambil mengamati pertandingan yang kembali berlangsung.

"Susah menebaknya. Mereka kelihatannya sama-sama kuat," Widura menjawab sambil memperhatikan pertarungan. "Ternyata asyik juga menonton adu pertarungan seperti ini."

"Iya betul. Kita bisa mencontoh cara-cara anak lain saat bertarung," Sogol menyetujui.

Dua bocah yang berbadan agak bongsor dari teman-temannya itupun masih saling bertukar serangan. Bogeman tangan, sikutan, tendangan, dan beragam serangan mengincar sasaran. Nilai dua peserta ini saling berkejaran. Tapi pada akhirnya peserta berpakaian biasa memenangkan pertandingan. Mereka hanya berselisih satu angka saja.

Tepukan tangan terdengar di sekeliling arena. Anak berseragam hijau berjalan dengan wajah muram menuju sekumpulan rekan-rekannya. Seorang pemuda yang mungkin ditugaskan sebagai pendamping mencoba menghibur. Di sisi seberang, anak yang memenangkan pertandingan menampilkan senyum kepuasan. Di pinggiran arena dua anak lain menyambutnya dengan perasaan suka cita.

Penyelenggara mengumumkan pasangan berikutnya yang harus bertanding, nama Sogol pun disebut. Yang menjadi lawan Sogol bernama Wira, seorang anak desa Turi Agung. Seorang anak dengan wajah yang menebarkan kesan ramah pun berjalan memasuki arena mendatangi Sogol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun