Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Kasih Gajah

23 September 2024   15:18 Diperbarui: 23 September 2024   15:25 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari bersinar terik membakar permukaan bumi, membuat udara terasa panas dan berdebu di padang itu. Hamparan rumput hijau yang di beberapa tempat diselipi rerumputan kering berwarna keemasan terhampar luas, diselingi oleh semak belukar yang jarang dan pohon-pohon akasia yang menjulang tinggi. Angin bertiup kencang, membawa aroma tanah kering dan debu yang bercampur dengan bau tanah yang khas. Di kejauhan, terlihat kawanan zebra mengunyah rerumputan, sedangkan jerapah mengarahkan leher panjangnya untuk meraih dedaunan yang tinggi. Suasana savana yang luas membentang, namun penuh dengan kehidupan, menciptakan panorama yang dramatis dan penuh keajaiban.

Di suatu wilayah di padang savana itu, seekor gajah jantan yang baru saja beranjak dewasa mengamati pemandangan tersebut. Sejak menginjak usia remaja, sekitar 10 tahun, Gajah Muda selalu mengikuti sang pemimpin kawanan kecil gajah jantan, Gajah Tua, yang bijaksana dan berpengalaman. Gajah Tua mengajarkan Gajah Muda banyak hal, mulai dari cara mencari makan, menghindari bahaya, hingga menjaga keseimbangan kawanan.

Waktu terus berlalu. Sejak Gajah Muda meninggalkan kawanan gajah betina ibunya, kini telah berselisih 4 tahun. Gajah Muda tumbuh dewasa, tubuhnya semakin besar dan kuat. Gadingnya semakin panjang. Gajah Tua pun menyadari bahwa Gajah Muda telah siap untuk memulai babak baru dalam hidupnya.

Baca juga: Kisah Motor Tua

"Gajah Muda," suara Gajah Tua menyadarkan lamunan Gajah Muda, nadanya berat dan penuh makna. "Kau telah tumbuh dewasa. Kau kuat dan gagah. Saatnya kau mencari pasangan dan meneruskan garis keturunan."

Gajah Muda merasa haru mendengar kata-kata Gajah Tua. Ia sedikit mengalihkan pandangan ke arah Gajah Tua yang berdiri di sisinya dan berkata, "Terima kasih, Gajah Tua. Aku akan selalu mengingat semua pelajaran yang kau ajarkan."

Dengan berat hati, Gajah Muda berpamitan kepada Gajah Tua dan kawanan kecilnya. Sebagai makhluk yang dikaruniai ingatan yang kuat, Ia berjalan menuju ke arah yang dulu diingatnya pernah menjadi tempat berkumpulnya gajah-gajah betina.

Rasa gugup dan semangat bercampur aduk dalam hati Gajah Muda. Ia berharap akan segera dipilih oleh seekor gajah betina yang siap dikawini.

Ia ingat pesan Gajah Tua, "Gunakanlah indra penciumanmu yang tajam, dengarkan suara alam, dan ikuti jejak mereka."

Gajah Muda menghirup udara dalam-dalam. Ia mencoba mengenali aroma khas yang dikeluarkan oleh gajah betina yang siap dikawini. Angin bertiup, membawa aroma tanah kering dan dedaunan, namun Gajah Muda belum menemukan aroma yang ia cari.

Ia berjalan menyusuri padang savana, telinganya tegak, mencoba mendengarkan suara-suara alam. Ia mendengar suara burung-burung yang berkicau, suara angin yang berdesir, dan suara hewan-hewan lain yang berlalu lalang. Mencoba mendeteksi getaran tanah dan memperkirakan sumbernya. Namun, ia belum mendengar suara khas gajah betina yang siap kawin.

Akhirnya, Gajah Muda menemukan jejak kaki gajah betina. Ia mengikutinya dengan hati-hati, menelusuri jejak kaki yang tertinggal di tanah yang kering dan berdebu. Ia merasa semakin dekat dengan tujuannya.

Saat ia mendekati sekelompok pohon akasia, ia mendengar suara gajah betina yang sudah siap kawin. Suara itu seperti panggilan yang mengundangnya untuk segera datang. Gajah Muda semakin bersemangat. Ia tahu, ia telah menemukan kawanan gajah betina yang ia cari.

Namun selain aroma gajah betina yang sudah siap kawin, Gajah Muda juga mengenali aroma gajah betina lainnya yang sudah akrab di ingatannya. Ini aroma induknya.

Apa saja yang dialami Gajah Muda selama masa anak-anak tergambar ulang di ingatannya. Induknya dengan rasa sayang merawatnya dan menyusuinya. Dipimpin seekor bibi gajah tertua, kawanan gajah betina bekerja sama merawat dirinya. Ke manapun mereka bersama, dari mencari makan dan minum hingga menghadapi bahaya. Hingga saat ini sekalipun, ibu gajah masih menyayanginya. Berbeda dengan dirinya dan ayahnya sebagai gajah jantan yang hanya mengawini gajah betina dan menyerahkan sisanya kepada kawanan betina.

Induk Gajah Muda mendekat. Segerumbul dedaunan yang dipegang oleh belalainya diserahkan kepada anaknya.

"Ternyata kamu masih selamat, anakku," ucap induk Gajah Muda haru. Pertarungan di alam liar hanya mengenal pihak yang kuat akan mendominasi dan menghabisi yang lemah. Masa remaja gajah adalah masa terberat, masa penuh tantangan dan pembelajaran.

"Iya Ibu, aku bersama Gajah Tua dan kawanan kecilnya. Aku belajar banyak hal dari dia. Aku belajar cari makan, menguasai wilayah, melawan hewan pemangsa, dan mewaspadai makhluk yang paling berbahaya yang namanya manusia."

"Apa saja yang diceritakan Gajah Tua kepadamu tentang manusia?"

"Katanya manusia itu makhluk yang paling cerdas. Tapi kecerdasannya dipakai buat meladeni kerakusan mereka. Tempat hidup kita mereka caplok, tapi saat kita menuntut kembali hak kita, malah kita yang disalahin dan dibunuh."

"Bertahanlah sekuatmu anakku. Hanya itu yang bisa dilakukan oleh kita sebagai gajah," induk Gajah Muda menunjukkan ekspresi ketidakberdayaan. "Katanya manusia harusnya yang mengelola alam, tapi nyatanya mereka malah banyak merusak alam."

Kemudian di dekat tempat Gajah Muda dan induknya berbincang, terlihat ada gajah jantan lain yang juga mencoba mencari perhatian kawanan gajah betina.

"Anakku, itu saingan kamu," induk Gajah Muda berkata sambil belalainya menunjuk gajah jantan yang baru datang. "Selamat berjuang ya. Semoga kamu yang terpilih."

Gajah Muda kemudian menyampaikan isyarat perpisahan kepada induknya. Ia berjalan mendekati gajah jantan pesaingnya. Para gajah jantan ini ingin dipilih oleh gajah betina yang sudah siap kawin. Gajah Muda tahu, ia harus bersaing dengan yang lainnya.

Gajah Muda menunjukkan kekuatannya dengan mengeluarkan suara keras dan mengangkat batang pohon yang besar. Ia mencoba menarik perhatian gajah betina dengan menunjukkan kehebatannya. Ia tahu, ia harus meyakinkan gajah betina bahwa dialah yang paling pantas untuk menjadi pasangannya.

Gajah Muda berjuang keras untuk mendapatkan gajah betina. Ia bersaing dengan gajah jantan lainnya dengan penuh semangat dan tekad. Akhirnya, usaha kerasnya membuahkan hasil. Gajah betina memilihnya sebagai pasangannya.

Gajah betina mendekat, mengeluarkan suara-suara lembut, menggosokkan belalai dan tubuhnya ke tubuh Gajah Muda. Mereka berjalan bersama ke suatu lokasi di sekitar gerumbul pepohonan bersama kelompok gajah betina. Gajah Muda merasa bahagia dan bangga. Ia telah berhasil menemukan pasangannya dan siap untuk meneruskan garis keturunan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun