Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu-ibu dan Dilemanya

23 Desember 2023   18:35 Diperbarui: 23 Desember 2023   18:48 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Dulu waktu mengerjakan tugas kelompok kamu pernah mengolok-olok Samsul. Iya kan?" Hendro menyampaikan apa yang pernah ia lihat sebelumnya. Lalu ia menyambung, "Lagian kadang-kadang teman-teman di sekolah juga menertawakan Samsul, bu."

"Nah, apa benar kalian semua pernah melakukannya?" Yuni kembali bertanya dengan nada suara yang tegas tapi sekaligus penuh kelembutan. "Kalian jujur saja. Ibu nggak akan memarahi kalian, kok."

Anak-anak mengangguk-angguk. Sedangkan Samsul hanya tertunduk. Yuni kemudian mulai bercerita bahwa setiap anak punya perasaan. Bila badan dipukul akan terasa sakit. Bila diolok-olok atau ditertawakan maka perasaanlah yang akan terasa sakit. Perasaan akan menjadi sedih, bahkan menangis.

"Kalian tentu tidak suka diolok-olok, iya kan? Kalian akan merasa sedih atau mungkin marah, iya kan?" Yuni bertanya dengan nada yang lembut.

Anak-anak mengangguk-angguk.

"Nah, karena kalian nggak suka bila diolok-olok, maka jangan melakukannya ke anak lain. Mulai sekarang kalian jangan sampai menertawakan Samsul atau siapa saja yang kurang bisa dalam suatu pelajaran. Karena kepandaian tiap-tiap anak berbeda-beda," Yuni lalu berhenti sejenak, "Bagaimana? Kalian bisa melakukannya?"

"Bisa bu!" jawab anak-anak serempak.

"Kalau begitu sekarang kalian minta maaf ke Samsul, dan ibu juga minta tolong ke kalian bila ada teman lain yang mengolok-olok atau menertawakan Samsul, segera dinasehati." himbau Yani. Dan 5 anak-anak yang lain pun satu per satu meminta maaf kepada Samsul.

Setelah hari itu berlalu, situasi menjadi semakin baik bagi Samsul. Yuni lalu menawarkan waktu tambahan ke anak tersebut, bila ingin cepat bisa membaca ia boleh belajar bersama dirinya di luar jadwal pertemuan. Untuk tempat belajarnya, Yuni memberi pilihan bisa di sekretariat atau di rumahnya. Karena dasarnya Samsul bukanlah anak pemalas, ia bersedia mengambil jam belajar tambahan itu.

Ketika Yuni menyampaikan hal tersebut pada pemimpin lembaga, kembali ia menawarkan sedikit honor untuk kesediaan Yuni yang mau meluangkan waktu lebih dari yang seharusnya. Lagi-lagi Yuni menolak halus. Selain itu, Yuni juga telah meminta pertimbangan dari suaminyya. Bahkan suaminya menyatakan kesalutan atas aktifitas tersebut. Ketika pemimpin lembaga itu juga menyatakan kesalutannya, Yuni justru berkata bahwa yang ia lakukan diilhami oleh semangat para pembimbing lainnya di lembaga.

Pada suatu kesempatan, Yuni pernah bersilahturrahmi dengan wali kelas Samsul. Ibu wali kelas menceritakan bahwa selama mengikuti ujian semester, Samsul dibantu gurunya membacakan soal. Para guru kesulitan bila harus fokus menangani Samsul. Ini mungkin bisa dimaklumi, karena dalam satu kelas seorang guru harus mengajar tiga puluhan anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun