Mohon tunggu...
Zahra El Fajr
Zahra El Fajr Mohon Tunggu... Penulis - a melancholist

Teacher | Fiksiana Enthusiast | Membaca puisi di Podcast Konstelasi Puisi (https://spoti.fi/2WZw7oQ) | Instagram/Twitter : zahraelfajr | e-mail: zahraelfajr@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Potret VI

2 April 2020   11:26 Diperbarui: 2 April 2020   11:40 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: sky-sylph on tumblr


Jiwa yang hancur untuk jiwa hancur lainnya

Memang utopis, berharap cinta dapat menyembuhkan

 maksudku, saling menyembuhkan

Sebagai seseorang yang melalui kekecewaan sebelumnya,

Kita menjaga hati agar tidak patah untuk yang berikutnya

Kita paham betul pentingnya meragukan,

 mempertanyakan semua sampai ragu menjadi yakin

Aku tahu betul rasanya gelisah sebelum sepenuhnya percaya sesuatu apapun

Dan kini aku ketakutan

Aku takut kamu tahu aku ragu, ragu bahwa suatu saat perasaanmu akan sebesar aku

 meskipun sejak awal aku tak setegar itu mengharap balasan

Pada akhirnya memang selalu aku; meskipun kita ragu.

Ketakutan lainnya,

Kamu akan memandangku dengan ragu

  • suatu saat nanti akan banyak yang berubah,
  • akan banyak yang baru kamu tahu
  • akan hancur kesanku yang kamu jaga

Kecemasanku, kamu akan berfikir perasaanku mungkin saja berubah warna juga

Jadi sekarang aku tak lagi berani menatap matamu,

Sebab kubayangkan matamu yang ragu dan kecewa

Tapi aku kehabisan cara--sementara aku tak ingin pergi

Dengan melupakan perihal meragu itu, aku akan tinggal.

Dengan hanya ingin percaya bahwa akan ada saatnya pintumu terbuka :

Maka aku beradu cepat dengan waktu . . .

Untuk dapat memasukinya

Ra, 23 Maret 2020

*Potret berarti gambar atau lukisan yang seringkali merepresentasikan seseorang, yang mana seseorang tersebut menjadi dominan dalam gambar. Seri Potret berisikan 'surat terbuka' dalam bentuk puisi yang ditujukan untuk satu orang. Pesan yang disampaikan bisa perihal penantian, rasa cinta, rindu, dll. Semoga bertemu di Seri Potret selanjutnya!

Puisi Seri Potret Sebelumnya :
Potret III
Potret IV
Potret V


Puisi Lainnya:

Sepertinya Ada yang Tak Nampak di Jendela

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun