Jiwa yang hancur untuk jiwa hancur lainnya
Memang utopis, berharap cinta dapat menyembuhkan
 maksudku, saling menyembuhkan
Sebagai seseorang yang melalui kekecewaan sebelumnya,
Kita menjaga hati agar tidak patah untuk yang berikutnya
Kita paham betul pentingnya meragukan,
 mempertanyakan semua sampai ragu menjadi yakin
Aku tahu betul rasanya gelisah sebelum sepenuhnya percaya sesuatu apapun
Dan kini aku ketakutan
Aku takut kamu tahu aku ragu, ragu bahwa suatu saat perasaanmu akan sebesar aku
 meskipun sejak awal aku tak setegar itu mengharap balasan
Pada akhirnya memang selalu aku; meskipun kita ragu.
Ketakutan lainnya,
Kamu akan memandangku dengan ragu
- suatu saat nanti akan banyak yang berubah,
- akan banyak yang baru kamu tahu
- akan hancur kesanku yang kamu jaga
Kecemasanku, kamu akan berfikir perasaanku mungkin saja berubah warna juga
Jadi sekarang aku tak lagi berani menatap matamu,
Sebab kubayangkan matamu yang ragu dan kecewa
Tapi aku kehabisan cara--sementara aku tak ingin pergi
Dengan melupakan perihal meragu itu, aku akan tinggal.
Dengan hanya ingin percaya bahwa akan ada saatnya pintumu terbuka :
Maka aku beradu cepat dengan waktu . . .
Untuk dapat memasukinya
Ra, 23 Maret 2020
*Potret berarti gambar atau lukisan yang seringkali merepresentasikan seseorang, yang mana seseorang tersebut menjadi dominan dalam gambar. Seri Potret berisikan 'surat terbuka' dalam bentuk puisi yang ditujukan untuk satu orang. Pesan yang disampaikan bisa perihal penantian, rasa cinta, rindu, dll. Semoga bertemu di Seri Potret selanjutnya!
Puisi Seri Potret Sebelumnya :
Potret III
Potret IV
Potret V
Puisi Lainnya:
Sepertinya Ada yang Tak Nampak di Jendela
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H