Rupanya semakin banyak puisi indah bernada optimisme adalah realita yang sebaliknya
Sebenarnya, apakah kita kekurangan alasan untuk saling mendengarkan?
Apakah kita kekurangan alasan untuk saling meneduhkan dunia ini dari hara keapatisan?
Benar-benar tak ada kah alasan untuk menegakkan kepala,
Untuk membuat kontak mata,
Untuk menyimak, daripada hanya kuping palsu sementara gawai memaku matamu?
Kita tak kurang sesuatu pun soal ikatan,
Jika cinta ada pada mendengarkan,
Menyimak,
Memperdulikan,
Masihkah bisa dikatakan kita tak punya alasan untuk saling berbuat baik?