Banjir! Ah ya ini yang aku idamkan sejak lama. Lebih dari lama, sejak hujanku itu menggenangi genangan lain selain aku.....
Banjir saja Tuhan, dengan sadar kukatakan banjir saja Tuhan, semakin bandang! Setidaknya hanya itu yang pisahkan lengkungan genangan di permukaan dan hujan. Si hujan penjajah itu bukan hanya menjajah aku sebagai genangan saja, ia menjajah hatiku. Selara-laranya. Ah, lara ketiga kalinya di paragraf ini. Cukup,Â
aku tak sudi hidup,
Bandung, 21 Oktober 2016
Zahra,
Puisi:Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!