Aku tersenyum menang. Kamu juga, tersenyum kalah.
“Menang Queen kan?” ujarmu,
Ah, aku mengerti sekarang, King yang satu ini sedang sengaja kalah demi Queen-nya. Ya, hari ini Queen-nya menang tanpa sadar kemenangannya adalah settingan King saja.
Kamu menarik tanganku masuk kedalam kartu, King untukmu dan Queen untukku. Pemilik kami menyusunnya berurutan, sehingga aku tak berada jauh darimu. Kami di dalam kotak kartu yang sama.
Hari selanjutnya kami terpisah, diantara 50 kartu lain aku kesusahan menemukanmu di tempat sesempit ini. Lambang heart di kartuku pastilah sudah patah.
Apalagi kamu? Ngeri membayangkannya.
Berharap pemilik kartu ini sering memainkan kartunya, mengocoknya acak sampai kami bertemu kembali.
Entah hari Senin keberapa, aku mencium aromanya tak jauh dariku. Di depanku adalah Jack, Jack bilang padaku di depannya adalah King-ku,
“Ia amat putus asa, King-mu menancapkan pedangnya di kepalanya sendiri. Sekaratnya itu karenamu, ia akhiri,”
King-ku memang si putus asa King Salomo. Ngeri itu bukan tanpa alasan. Ah.
Jack.