Mohon tunggu...
Zahra El Fajr
Zahra El Fajr Mohon Tunggu... Penulis - a melancholist

Teacher | Fiksiana Enthusiast | Membaca puisi di Podcast Konstelasi Puisi (https://spoti.fi/2WZw7oQ) | Instagram/Twitter : zahraelfajr | e-mail: zahraelfajr@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kartu

29 September 2016   17:30 Diperbarui: 31 Maret 2020   01:30 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustration/Source: Weheartit

Hai, temanku mengajak bermain poker. Kau tahu? Bisa-bisanya mereka memancing kenangan soalmu ke permukaan.

Tiga.

Empat.

Lima.

Enam.

Tujuh.

Delapan.

Sembilan.

Sepuluh.

Sore itu kita di warung kopi, tak hanya berdua karena apa serunya main poker berdua?

Kamu ajari aku bermain poker, entah supaya apa. Supaya pacarannya asyik katamu.

Dua temanmu ikut bermain, duduk melingkar. Menertawakan yang kalah dan menyombongkan kemenangan. Kopi hitam sudah gelas ke 3, rokokmu sudah tak terbilang, jua tawaku.

Jack.

Queen.

King.

Ace.

Dua.

“King sama Queen menang mana?” tanyaku,

“Pangkatnya menang King,” jawab temanmu,

“Menang Queen kalau sekarang,” katamu.

Teman-temanmu tak terima, tapi tak berkutik.

Kita melanjutkan permainan. Awal, terus saja aku kalah. Tak lama, aku selalu menang melawan tiga lelaki ini.

Aku tersenyum menang. Kamu juga, tersenyum kalah.

“Menang Queen kan?” ujarmu,

Ah, aku mengerti sekarang, King yang satu ini sedang sengaja kalah demi Queen-nya. Ya, hari ini Queen-nya menang tanpa sadar kemenangannya adalah settingan King saja.

Kamu menarik tanganku masuk kedalam kartu, King untukmu dan Queen untukku. Pemilik kami menyusunnya berurutan, sehingga aku tak berada jauh darimu. Kami di dalam kotak kartu yang sama.

Hari selanjutnya kami terpisah, diantara 50 kartu lain aku kesusahan menemukanmu di tempat sesempit ini. Lambang heart di kartuku pastilah sudah patah.

Apalagi kamu? Ngeri membayangkannya.

Berharap pemilik kartu ini sering memainkan kartunya, mengocoknya acak sampai kami bertemu kembali.

Entah hari Senin keberapa, aku mencium aromanya tak jauh dariku. Di depanku adalah Jack, Jack bilang padaku di depannya adalah King-ku,

“Ia amat putus asa, King-mu menancapkan pedangnya di kepalanya sendiri. Sekaratnya itu karenamu, ia akhiri,”

King-ku memang si putus asa King Salomo. Ngeri itu bukan tanpa alasan. Ah.

Jack.

Queen.

King.

Ace.

Dua.

“Menang Queen kan?” Katamu,

Ah, aku termenung sebentar. Kugenggam erat tangannya, “Jangan ajak aku masuk ke dalam kartu ya, biar begini saja kita.” Satu anggukan, seribu kelegaan. Karena aku dan kamu tak pantas mendapat kisah yang menyedihkan atau ending yang meremang.

Mari buat ini bukan hanya ekspektasi,

Bandung, 29 September 2016

Zahra,

*King of Hearts adalah Raja Salomo atau Raja Cherlemagne yang diceritakan menancapkan pedangnya sendiri di kepalanya karena kalah perang dengan Alexander Agung.

Jangan lupa berkunjung juga ke puisi-puisi ini
Potret II

Mata Bintang 

Bekal Membeli Senyumnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun