Mohon tunggu...
Zahra El Fajr
Zahra El Fajr Mohon Tunggu... Penulis - a melancholist

Teacher | Fiksiana Enthusiast | Membaca puisi di Podcast Konstelasi Puisi (https://spoti.fi/2WZw7oQ) | Instagram/Twitter : zahraelfajr | e-mail: zahraelfajr@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[FITO] Petrichor

25 Agustus 2016   18:15 Diperbarui: 31 Maret 2020   00:40 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ray

Terbilang nyaris setengah tahun aku dan Zoe berselisih paham. Padahal kelulusan sekolah tinggal menunggu hari saja. Ulang kali Mama berujar, tak baik berselisih lebih dari 3 hari. Mendengus, aku tampik kecelaanku. Sekiranya hari itu tidak kejadian. Sekarang aku merasa jijik dengan diriku, bisa-bisanya kami menodai persahabatan kami oleh perkara Adora--gadis cantik bermata biru itu. Pun, akhirnya Adora memilih Yanjie--pria asal Korea yang babyface itu. Bukankah seharusnya kami segera berdamai?

"Kau, pernah tidak, merencakan akan baikan kapan dengan Zoe?" tanya Lily sambil dagunya mengarah pada Zoe di bangkunya.

Baiklah setelah kelulusan saja aku meminta maaf padanya gumanku.

Zoe

Ray pasti sangat membenciku, aku sudah tak pantas menjadi temannya. Baiklah, aku harus melupakan semuanya setelah lulus aku akan pindah ke luar kota. Mama sudah membelikan tiket pesawat. 

Ray

Hari kelulusan membuatku pilu, waktu terbang begitu cepat. Kita mestilah bertumbuh dewasa di jalan yang berbeda-beda. Ah ya, aku harus menemui Zoe. Aku sudah bawakan kue kesukaannya.

Zoe

Aku duduk di Bandara meratapi perpisahan yang kualami dengan berkaca-kaca sebagai jeritan hati yang paling mutlak saat itu.

Bagaimana kalau aku telepon Ray saja dulu?

"Halo Ray, ini aku Zoe."

"Oh, hei kau dimana? Aku mencarimu, aku membawakan kue buatan Mamaku, kegemaranmu."
"Aku ingin meminta maaf sekaligus berpamitan, aku akan keluar kota. Liburan semester nanti aku kunjungi rumahmu, ya."

"Baiklah jaga dirimu baik-baik kawan."

Zoe membawa tas yang salah, ia dijebak seseorang yang mengawasinya sejak lama. Di dalam tas itu terdapat bom yang akan berfungsi dalam waktu 30 detik. Malangnya, sepasang sahabat yang baru berbaikan ini diiringi suara bom diikuti dengan kegugupan Ray seraya menerka momok yang melukai nasib sahabatnya.

Aku

Aku menutup koran setelah membaca rubrik cerpen dengan gambar dermaga itu. "Ciih, cerpen apa ini?! Isi cerita dan gambar ilustrasinya tidak sinkron." aku pun berhenti di halte, masih menggenggam koran dan masih menikmati petrichor Bandung senja itu.

*petrichor: aroma menyenangkan yang sering menyertai hujan pertama setelah lama cuaca panas*

Puisi : 
Rindu Merindu
Sahutan

Cerpen : 

Pisahkan Saja Kalau Bisa

Aku Melihat Wanita Tua Menangis di Angkot

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun