Mohon tunggu...
OPA JAPPY
OPA JAPPY Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Acount Baru http://www.kompasiana.com/opajappy

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prihatin, Presiden Cuma Prihatin

13 April 2013   18:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:15 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,

" ... prihatin atas maraknya aksi anarkis dan kekerasan yang terjadi di beberapa wilayah akibat ketidakpahaman dalam menggunakan hak untuk berekspresi dan juga hak pribadi.

Di era kebebasan demokrasi sekarang ini, di era mengemukakan hak termasuk HAM, kebebasan berserikat dan berkumpul, kebebasan pers, desentarlisasi dan otonomi daerah, sebagaian besar membawa kebaikan karena itu amanah reformasi. Tapi ada yang melemah, solidaritas, persaudaraan, persatuan dan kesatuan.

Bahkan akhir-akhir ini muncul kembali aksi kekerasan, main hakim sendiri, premanisme dan konflik komunal atau horizontal.

Setelah 10 tahun reformasi selain adanya kebaikan, juga adanya aksi kekerasan dan penggunaan hal yang tidak terbatas. Mari seluruh rakyat Indonesia dengan niat yang baik kita lakukan koreksi seperlunya.

Tidak perlu menunggu datangnya koreksi sejarah, dengan tetap berangkat dari posisi yang telah kita miliki, HAM, hak warga negara tetap dilindungi serta ruang partisipasi publik tetap dibuka, namun mari kita pastikan kita gunakan secara patut dan tidak lebihi kepatutan,”

1364962767957906818
1364962767957906818
Prihatin dan keprihatinan tersebut, memang sangat beralasan, karena marak penyelesaian masalah dengan cara kekerasan, brutal, rusuh, bahkan dengan bahasa pedang, dan bacok serta penggal kepala.

Agaknya, tidak sedikit rakyat di negeri ini (yang katanya bangsa beragama dan beradab) telah berubah diri. Mereka yang telah menjadi bagian dari bangsa yang tak beragama dan biadab. Sehingga pola-pola biadab tersebut, digunakan dalam/di tengah tengah hidup dan kehidupan sosial.

Lalu, di mana letak peran dan peranan kepemimpinan bangsa - politik serta teladan tokoh agama!? Agaknya mereka semakin jauh dari yang diharapkan.  Mereka lebih suka bermain di ranah yang bisa menanmbah kekayaan (materi) daripada perbaikan moral.

Termasuk, (yang seharusnya menjadi) pusat kekuasaan, yaitu Ayah adan Abang ku Sang Presideng RI.  Abang SBY, saya mau katakan bahwa, rakyat tidak butuh prihatin dan keprihatinan, tetapi tindakan tegas - tindakan tegas - dan tindakan tegas.

TEGAS menghukum koruptor; tegas bubarkan ormas model FPI, HIZBUT TAHRIR, JAT, FUI dan sejenisnya; yang terang-terangan merongrong NKRI dengan menolak pilar-pilar berbangsa dan bernegara.

Rakyat butuh tegas dan ketegasan Pak Presiden, ketika meniadakan sentimen SARA; rakyat butuh pemerintah melindungi minoritas, sehingga tak ada penyingkiran dan penindasan (bahkan pembunuhan) terhadap mereka.

Sudah sangat banyak rakyat menangis, dan jangan lagi memperlihatkan prihatin (dan kesedihan) serta air mata  kepada mereka; rakyat telah mengeluarkan air mata akibat Presiden tak bertindak tegas serta tak ada ketegasan.

Sia-sia lah ribuan, bahkan jutaan kata prihatin dan keprihatinan dari Presiden; tetapi cukup  hanya bertindak tegas dan penuh ketegasan,  maka banyak hal terselesaikan.

Tindakan nyata yang tegas dan ketegasan,  lebih penting daripada jutaan kata-kata prihatin dan keprihatinan.

Akhirnya, diriku yang tua ini, juga ikut-ikutan dengan Pak Presiden; diriku juga PRIHATIN, karena Presiden cuma Prihatin

1364962767957906818
1364962767957906818

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun