Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
" ... prihatin atas maraknya aksi anarkis dan kekerasan yang terjadi di beberapa wilayah akibat ketidakpahaman dalam menggunakan hak untuk berekspresi dan juga hak pribadi.
Di era kebebasan demokrasi sekarang ini, di era mengemukakan hak termasuk HAM, kebebasan berserikat dan berkumpul, kebebasan pers, desentarlisasi dan otonomi daerah, sebagaian besar membawa kebaikan karena itu amanah reformasi. Tapi ada yang melemah, solidaritas, persaudaraan, persatuan dan kesatuan.
Bahkan akhir-akhir ini muncul kembali aksi kekerasan, main hakim sendiri, premanisme dan konflik komunal atau horizontal.
Setelah 10 tahun reformasi selain adanya kebaikan, juga adanya aksi kekerasan dan penggunaan hal yang tidak terbatas. Mari seluruh rakyat Indonesia dengan niat yang baik kita lakukan koreksi seperlunya.
Tidak perlu menunggu datangnya koreksi sejarah, dengan tetap berangkat dari posisi yang telah kita miliki, HAM, hak warga negara tetap dilindungi serta ruang partisipasi publik tetap dibuka, namun mari kita pastikan kita gunakan secara patut dan tidak lebihi kepatutan,”
Prihatin dan keprihatinan tersebut, memang sangat beralasan, karena marak penyelesaian masalah dengan cara kekerasan, brutal, rusuh, bahkan dengan bahasa pedang, dan bacok serta penggal kepala.1364962767957906818Agaknya, tidak sedikit rakyat di negeri ini (yang katanya bangsa beragama dan beradab) telah berubah diri. Mereka yang telah menjadi bagian dari bangsa yang tak beragama dan biadab. Sehingga pola-pola biadab tersebut, digunakan dalam/di tengah tengah hidup dan kehidupan sosial.
Lalu, di mana letak peran dan peranan kepemimpinan bangsa - politik serta teladan tokoh agama!? Agaknya mereka semakin jauh dari yang diharapkan. Mereka lebih suka bermain di ranah yang bisa menanmbah kekayaan (materi) daripada perbaikan moral.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!