Di NKRI tercinta, pada satu sisi, sisi rakyat kecil, sisi umat minoritas, sisi rakyat yang tanpa uang, kuasa, dan kekuasaan, terjadi semua kebalikan dari fungsi negara yang baik dan benar. Di sana - sini, aparat negara menunjukan bahwa kekuasaan dan wewenang yang pada mereka bertujuan untuk negara menyalahgunakan kekuasaannya. Tidak sedikit aparat negara yang bekerja sama dengan preman-preman keagamaan, ormas radikal, pengusaha hitam, tokoh agama, politisi busuk, (dan secara bersama) melakukan penindasan, membunuh, bertindak brutal, merusak, menyingkirkan mereka yang tak sejalan-sepaham.
Aparat Negara, lebih mudah diam dan mengalah daripada menghasilkan perdamaian dan kebaikan kepada segenap warga masyarakat. Bahkan, negara lebih banyak diam dan tak berbuat untuk membela dan menenangkan warga (terutama kaum minoritas karena perbedaan sara) yang tertindas - tersingkir oleh mereka yang (merasa) kuat serta mayoritas.
Akhirnya, kita, rakyat (dalam/pada sikon hidup dan kehidupannya) harus menerima bahwa untuk dirinya, Negara tidak berfungsi ….. itulah nasib rakyat dan bangsa ini; lebih banyak rakyat ada pada wilayah yang Negara Tidak berfungsi; sehingga terasa bahwa mereka ada di negeri yang lain, negeri yang diperintah oleh pemerintah yang tidak berfungsi. .... dan presiden tetap saja melakukan kebohongan kepada rakyat.
Ternyata, SBY sama dan sebangun dengan Marzukie Alie, yang juga melakukan kebohongan publik. Sikap yang tak konsisten (menurut PGI) dan melakukan kebohongan publik tersebut sangat melukai perasaan rakyat RI, yang ikut memilihnya sebagai presiden. SBY sangat tega membohongi rakyat yang memilihnya; membohongi umat beragama; menyakiti hati mereka yang minoritas; menambah kepedihan hati kaum minoritas yang sudah mengalami penindasan serta menjadi umat yang tertindas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H