Mohon tunggu...
OPA JAPPY
OPA JAPPY Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Acount Baru http://www.kompasiana.com/opajappy

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

CITRA DIRI

8 Maret 2012   04:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:22 1731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Citra, image (dari image/o, Latin) adalah rupa; gambar; gambaran; juga bermakna gambaran yang,  dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi, atau produk. Citra juga bermakna kesan mentalatau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa, atau kalimat. Diri, … (sen)diri atau terpisah dari yang lain; tidak ada yang lain; bisa dipakai sebagai pelengkap beberapa kata kerja untuk menyatakan tentang sendiri dan tak ada yang lain. Diri juga bisa digunakan sebagaiungkapan pengganti pada/untuk pribadi, seseorang, dan lembaga atau institusi (yang dijadikan sebagai subjek mau pun objek).

Dengan demikian, maka Citra Diri bisa bermakna penggambaran yang utuh tentang diri seseorang;  penggambaran itu muncul karena adanya suatu rentetan (yang berkala mau pun terus menerus) tindakan, kata, sikap, aksi-aksi yang terlihat dan diperlihat (kepada dan oleh) orang lain.

Dalam perkembangannya, ungkapan Citra Diri telah menjadi kata-kata untuk menyatakan siapa sebenarnya - hakikat seseorang, lembaga, institusi, badan, organisasi (sekuler, sosial, politik, dan keagamaan), bahkan komunitas masyarakat  - bangsa - suku - sub-suku. Sehingga sering terdengar, kata-kata citra diri ku; citra perusahan, citra parpol, citra diri bangsa; citra umat beragama, citra diri seorang pelajar, dan seterusnya.

Karena penggunaannya yang serba guna tersebutlah, maka Citra menjadi suatu kebutuhan dan keharusan untuk banyak hal. Misalnya, jika ada hal-hal minus tentang sesuatu (misalnya lembaga/organisasi keagamaan, parpol, dan lain-lain), maka mereka yang ada di dalamnya, harus berupaya untuk kembalikan atau perbaiki citra. Artinya mereka melakukan banyak hal agar citra negatif tersebut (menjadi) hilang dan tak teringat; dan sekaligus memperlihatkan - menunjukan citra yang baik.

Upaya untuk memperbaiki citra tersebut membutuhkan kerja (bersama semua unsur yang terkait) dan kinerja yang baik dan benar; serta tanpa putus asa dan menyerah.  Dan juga harus dilakukan oleh semua yang mempunyai ikatan serta tanggung jawab agar terjadi perubahan.  Perbaiki Citra tak bisa hanya kerja - kegiatan satu - dua - atau beberapa orang serta pada satu - dua - tiga beberapa moment; melainkan upaya bersama serta terjadi terus menerus. Misalnya, jika ada lembaga atau organisasi politik - sekuler - keagamaan yang sudah terstigma (mempunyai citra) buruk, maka bukan hanya para pemimpinnya yang bertanggung jawa (untuk memperbaiki citra) tetapi semua yang terhisab di dalamnya. Upaya perbaikan tersebut, bukan dengan cara (tindakan-tindakan yang) menyalahkan - merusak - mengfitnah yang lain (misalnya kompetitor yang sama - yang lebih baik) tetapi pembenahan dari dalam (upaya perbaikan dari dalam).

1330218877323990690
1330218877323990690

Lomba adalah aktivitas yang (memperlihatkan) kecepatan gerak fisik (berlari, berenang, dan lain sebagainya); yang memperlihatkan keterampilan (ketangkasan, kekuatan, keindahan, ketelitian, value, art, dan lain sebagainya). Berlomba beradu kecepatan, kompetisi, dan (kadang juga disebut). Citra Diri bermakna penggambaran yang utuh tentang diri seseorang; penggambaran itu muncul karena adanya suatu rentetan (yang berkala mau pun terus menerus) tindakan, kata, sikap, aksi-aksi yang terlihat dan diperlihat (kepada dan oleh) orang lain.

Nah ….  adanya suatu rentetan (yang berkala mau pun terus menerus) tindakan, kata, sikap, aksi-aksi yang terlihat dan diperlihat (kepada dan oleh) orang lain... itulah yang kini menjadi  terjadi - terlihat di tengah-tengah hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara; di negeri ku, Indonesia tercinta.

Kemarin dan kemarin yang lalu ….

Bangsa dikenal serta terkenal sebagai (adanya ciri khas) yang ramah -welcome terhadap banyak hal - para local genius mampu menghasilkan aneka hasil budaya - hasil seni; bahkan peninggalan masa lalu (yang diwariskan leluhur bangsa) menjadi pusat dan info untuk kalangan akademisi di berbagai tempat di Dunia.

Di banyak tempat dan pelosok Nusantara, adanya ketaatan - ketundukan - keseganan - penghormatan  - dengar- dengaran kepada yang lebih tua - dan lain sebagainya merupakan (se)suatu  keharusan. Juga menghormati - menghormati mereka yang berbeda pun, adalah salah satu tampilan diri banyak orang Indonesia. Bahkan, orang tidak iri dengan kemajuan tetangga sebelahnya; dan banyak orang tak membiarkan tetangga sebelahnya kelaparan dan derita.

Kemarin dan kemarin yang lalu, saya masih bisa bertemu (dan alami) jamuan makan malam (bisnis dinner - social dinner), dan pada meja yang sama, orang-orang semeja menaikkan doa sebelum makan dengan lima cara berbeda (tak ada satu pun sungkan - malu - takut, ada doa dengan cara Hindu - Budha - Islam - Kristen - Katolik). Orang biasa canda ria - berargumen - berhubungan bisnis - bahkan kawin-mawin tanpa harus bertanya apa agama mu!? Apakah kamu Hindu - Budha - Islam - Kristen - Katolik - Kong Hu Cu - atau Atheis!?

Semuanya berjalan apa adanya dan berhubungan apa adanya

Semuanya melangkah bersama dan bersama melangkah.

Itu … semuanya itu, pada kemarin dan kemarin yang lalu

Kini, sekarang dan sementara terjadi tidak lagi seperti kemarin dan kemarinnya yang lalu, … ada rentetan (yang berkala mau pun terus menerus) tindakan, kata, sikap, aksi-aksi yang terlihat dan diperlihat (kepada dan oleh) orang lain … pada (diri orang-orang) bangsa dan negeri ini.

Di Negeri ini, tak sedikit pemimpin, penguasa, politisi, telah menjadi bukan pengayom rakyat - bukan penyalur aspirasi rakyat, tetapi penindas dan penghisap darah rakyat

Di negeri ini, ada rentetan yang memperlihtakan bahwa bangsa ini tak lagi memperhatikan tetangga sebelah, namun di mana-mana ada korupsi - perampokan - hedonis - egoistik - dan lain sebagainya; sekaligus membiarkan miskin dan kemiskinan tetap ada.

Di Negeri ini, (tokoh) agama bukan lagi (sebagai) alat untuk mendamaikan, namun mereka telah menjadi monster yang menakutkan. Tak sedikit dari antara mereka, mengkhotbahkan, bunuh, bunuh, hancurkan, hancurkan, serbu, serbu, serbu …..

Dan di negeri ada banyak orang lebih suka memperbaiki citra diri dengan cara tindakan-tindakan yang menyalak - merusak - menfitnah yang lain - kekerasan - brutal - garang - bahkan melakukan tindakan-tindakan yang diluar logika normal manusia dan kemanusiaannya.

LALU, apa yang kita mau buat!?  Selain berubah!? Kita berlomba dan semuanya harus menjadi pemenang; tidak ada yang kalah. Karena untuk tujuan perubahan (yang lebih baik - benar - bermartabat) maka semuanya harus jadi juara.

Citra Bangsa harus berubah. Upaya untuk memperbaiki citratersebut membutuhkan kerja (bersama semua unsur yang terkait) dan kinerja yang baik dan benar; serta tanpa putus asa dan menyerah.

Dan juga harus dilakukan oleh semua yang mempunyai ikatan serta tanggung jawab agar terjadi perubahan.

Merubah dengan cara perbaiki citra tak bisa hanya kerja - kegiatan satu - dua - atau beberapa orang serta pada satu - dua - tiga beberapa moment; melainkan upaya bersama serta terjadi terus menerus.

13302190571806802784
13302190571806802784
Abbah Jappy MP

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun