Mohon tunggu...
OPA JAPPY
OPA JAPPY Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Acount Baru http://www.kompasiana.com/opajappy

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

CITRA DIRI

8 Maret 2012   04:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:22 1731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin dan kemarin yang lalu, saya masih bisa bertemu (dan alami) jamuan makan malam (bisnis dinner - social dinner), dan pada meja yang sama, orang-orang semeja menaikkan doa sebelum makan dengan lima cara berbeda (tak ada satu pun sungkan - malu - takut, ada doa dengan cara Hindu - Budha - Islam - Kristen - Katolik). Orang biasa canda ria - berargumen - berhubungan bisnis - bahkan kawin-mawin tanpa harus bertanya apa agama mu!? Apakah kamu Hindu - Budha - Islam - Kristen - Katolik - Kong Hu Cu - atau Atheis!?

Semuanya berjalan apa adanya dan berhubungan apa adanya

Semuanya melangkah bersama dan bersama melangkah.

Itu … semuanya itu, pada kemarin dan kemarin yang lalu

Kini, sekarang dan sementara terjadi tidak lagi seperti kemarin dan kemarinnya yang lalu, … ada rentetan (yang berkala mau pun terus menerus) tindakan, kata, sikap, aksi-aksi yang terlihat dan diperlihat (kepada dan oleh) orang lain … pada (diri orang-orang) bangsa dan negeri ini.

Di Negeri ini, tak sedikit pemimpin, penguasa, politisi, telah menjadi bukan pengayom rakyat - bukan penyalur aspirasi rakyat, tetapi penindas dan penghisap darah rakyat

Di negeri ini, ada rentetan yang memperlihtakan bahwa bangsa ini tak lagi memperhatikan tetangga sebelah, namun di mana-mana ada korupsi - perampokan - hedonis - egoistik - dan lain sebagainya; sekaligus membiarkan miskin dan kemiskinan tetap ada.

Di Negeri ini, (tokoh) agama bukan lagi (sebagai) alat untuk mendamaikan, namun mereka telah menjadi monster yang menakutkan. Tak sedikit dari antara mereka, mengkhotbahkan, bunuh, bunuh, hancurkan, hancurkan, serbu, serbu, serbu …..

Dan di negeri ada banyak orang lebih suka memperbaiki citra diri dengan cara tindakan-tindakan yang menyalak - merusak - menfitnah yang lain - kekerasan - brutal - garang - bahkan melakukan tindakan-tindakan yang diluar logika normal manusia dan kemanusiaannya.

LALU, apa yang kita mau buat!?  Selain berubah!? Kita berlomba dan semuanya harus menjadi pemenang; tidak ada yang kalah. Karena untuk tujuan perubahan (yang lebih baik - benar - bermartabat) maka semuanya harus jadi juara.

Citra Bangsa harus berubah. Upaya untuk memperbaiki citratersebut membutuhkan kerja (bersama semua unsur yang terkait) dan kinerja yang baik dan benar; serta tanpa putus asa dan menyerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun