Mohon tunggu...
OPA JAPPY
OPA JAPPY Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Acount Baru http://www.kompasiana.com/opajappy

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ethos Pathos Logos

16 Januari 2012   00:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:50 3047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1326675247899348161
1326675247899348161

Pada masa lalu, para filosof Yunani mengungkapkan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk yang paling cerdas. Namun kecerdasan itu harus dilatih agar bisa tampil keluar, serta dilihat oleh orang lain. Seseorang yang cerdas, maka ia bisa menjadi manusia seutuhnya, jika menguasai ilmu [filsafat], seni, dan olahraga; ketiga hal itu sudah ada dalam diri manusia.  Di samping itu, menurut Aristoteles, manusia [yang sehat menguasai ilmu, seni, olahraga] seharusnya juga mempunyai ethos, logos, dan pathos. Artinya, ia memperlihatkan kualitas dan kapasitas yang menyangkut,

13266734001209928554
13266734001209928554

ETHOS, merupakan karakter moral yang baik dan diterima oleh siapapun, ia mampu melakukan pendekatan dengan/melalui cara-cara atau perilaku hidupnya yang baik dan bermartabat

PATHOS, kemampuan membuka jalan untuk orang lain; mampu menyentuh perasaan dan emosi seseorang melalui teladan hidup dan kehidupan.

LOGOS, kemampuan mengukapkan kata-kata yang dapat atau mampu meyakinkan orang lain, sehingga mereka mendapat pengetahuan baru ataupun berkembang secara intelektual dan kecerdasannya

Jadi, ilmu, seni, olahraga harus dipadukan atau tercermin dengan [melalui] etos, pathos, dan logos, itulah kecerdasan asali manusia. Dengan demikian, mudah dipahami bahwa manusia [dan budayanya] pada masa lalu berhasil membangun peradaban yang tinggi di masanya. Peninggalan-peninggalan mereka, misalnya suku Inca di Amerika, Istana-istana megah di Mesir dan Italia, Yunani, bahkan prasasti-prasasti dan Candi-candi di Thailand dan Indonesia, semuanya menunjukkan adanya local genius, yang menguasai ilmu, seni, olahraga, dan memperlihatkan bahwa mereka mempunyai ethos, pathos, dan logos.

Sikon kekinian, di INDONESIA, adakah pemimpin dan pemuka bangsa yang masih menyadari bahwa mereka patut mengungkapkan ETHOS, PATHOS, dan LOGOS!?

Bangsa ini membutuhkan elite bangsa, pemimpin, anggota parlemen, tokoh agama, bahkan ayah-ibu-orang tua yang berethos. Negeri ini, membutuhkan mereka mempunyai karakter moral yang baik dan diterima oleh siapapun. Dan dengan itu, ia mampu melakukan pendekatan - memimpin - menata semua yang ada di sekitarnya dengan cara-cara atau perilaku hidupnya yang bermartabat.

Pathos, juga harus ada pada semua anak bangsa ini. Pathos yang merupakan kemampuan membuka jalan untuk orang lain, sekaligusmenujukan diri sebagai orang yang tidak egois dan egoistik. Seseorang yang berpathos, maka ia biasanya membuka jalan,  membuka kesempatan, membuka peluang agar orang lain maju. Pathos juga menghasil mampu menyentuh perasaan dan emosi seseorang melalui teladan hidup dan kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun