Beberapa jam berlalu, sambil membawa banyak hal yang tak bisa ditulis satu-satu persatu dengan kata-kata, namun teringat sebatas ingatan; itulah 2011 yang telah pergi. Pergi dengan berjuta peristiwa [ada] yang bermakna dan [ada pula yang] tak perlu diingat.
Semuanya menyatu dalam/pada diri setiap insan, dan [mungkin saja] pada masanya akan muncul dalam kata, ingatan, cerita, tuturan nostalgia [ketika terjadi interaksi bersama yang lain di sekitar hidup dan kehidupan].
Mungkin juga, diri ku sama dengan mereka yang lain, dalam/pada diri ini, ada paduan ingatan, kata, cerita, kisah, pahit, manis, suka, duka, serta aneka warna hidup dan kehidupan yang lain. Semunya tersimpan-tertata rapi pada/dalam laci-laci lemari jiwa serta pikiran; terjaga manis oleh pagar jiwa, serta terawat.
Salah satu yang terjaga-tersimpan-terawat itu adalah, pesan terakhir mama, yang direkam sesaat sebelum ia pergi menuju kejauhan yang terjangkau; pesan itu, kebetulan telah disimpan dalam bentuk vidio, dan meminjam youtube [http://youtu.be/lWMfKpVti6A] sebagai brankas maya. Dan dengan mata yang masih setengah jelas, karena mengantuk, menghidupkan notebook, modem, dan internet, dan langsung menuju acount youtube, klik vidio pesan terakhir mama.
Hitungan detik, getaran suara yang mengetar itu muncul, volume dibesarkan, suaranya memenuhi semua ruangan, dan menembus semua hati yang mendengar. Â Semunya diam, sambil mendengar; tak terasa, ada banyak mata yang basah; basah karena hanya suara; suara pesan seorang ibu; pesan yang tak boleh terlupakan. Dan yang paling teringat adalah, Mama mengharapkan semua anak-anak berdoa dan di dalam kesukaran kesulitan dan apa pun mintalah kepada TUHAN karena DIA yang mempunyai segala-galanya. Dalam susah, di dalam senang, harus tetap mengucap syukur, karena TUHAN tidak pernah meninggalkan anak-anak-Nya yatim-piatu.
Ia boleh pergi karena diambil oleh Yang Empunya Hidup dan Kehidupan, namun segalanya tentang dia masih tetap ada; ada dalam maya, ada dalam abstrak, ada dalam hati serta pada relung-relung jiwa anak-cucu-buyutnya.
Sungguh, awal tahun baru yang tak terduga, dan sangat menyenangkan; mengawali yang baru ini dengan mendengar pesan mama; pesan untuk semua; dan semua yang mempunyai lemari hati untuk menyimpan, serta gunakan pada banyak masa dan waktu.
Ku bangkit dari meja dan menatap keluar, mendung dan rintik hujan, langit kelabu, namun pikiran ini berkata bahwa kepastian - optimis akan sanggup mencerahkan yang kelabu tersebut. Â Dalam keyakinan ku, ku khan melangkah pasti dengan kepastian melewati jalan dan jalan di depan, jalan tahun baru yang masih panjang [dan dalam aluman itu, ada bunyi hp menyadarkan diri, ternyata dari adik perempuan terbungsu, dengan suara gembira, ia ucapkan selamat tahun baru].
Itu lah .......
Manuscript Suara Pesan Terakhir
[direkam oleh Noldy Pellokila, sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhir]
Mama mengharapkan semua anak-anak berdoa dan di dalam kesukaran kesulitan dan apa pun mintalah kepada TUHAN karena DIA yang mempunyai segala-galanya. Dalam susah, di dalam senang, harus tetap mengucap syukur, karena TUHAN tidak pernah meninggalkan anak-anak-Nya yatim-piatu
Sebagaimana tiga puluh dua tahun yang lalu, mama berusaha untuk kamu semua dengan tanpa sesuatu apa pun, hanyalah mama berharap TUHAN sajalah yang mengatur langkah-langkah daripada semua anak-anak; danTUHAN yang menjadi BAPA, TUHAN yang menjadi suami, Â sehingga saya bisa membesarkan anak-anak
Kadang kala saya berdiri di atas tempat tidur,  dan saya sembayang  dan menangis dari manakah,  dari manakah saya mendapat makanan sampai saya kasih makan anak-anak sekian banyak ini, dari manakah saya mendapat uang untuk sekolahkan anak-anak, tapi di balik itu, mama yakin dan percaya bahwa apa yang saya telah minta dari pada TUHAN, maka TUHAN akan memberikannya, berikan yang terbaik bagi tiap-tiap anak-Nya. Sampai saat ini, TUHAN masih tetap menyertai dan melindungi. Ingat supaya di dalam suka, di dalam sukar sekalipun, jangan mengharapkan diri sendiri, tidak ada guna; semua harus mengimani mama punya pedoman di dalam duka, suka, di dalam senang; tadi kita menyanyi [INDAH RENCANA MU, merupakan lagu kesayangan dan terakhir yang mami-mama-oma nyanyikan], TUHAN senantiasa menyediakan yang terbaik bagi kita.
![13253858611922026235](https://assets.kompasiana.com/statics/crawl/5580cc8624a9d532388b4568.jpeg?t=o&v=770)
Ibu yang Melahirkan, Ibu yang  Sendiri
Ibu yang  Memelihara, Ibu yang Tegar
Terlahir dalam kesunyian di desa yang sepi, Talae Rote tiga per empat abad yang lalu
Kesepian dan kejauhan tempat lahirnya, tak menyurutkan dirinya
untuk maju dan maju, karena ia bukan perempuan biasa
Masa remajanya di habiskan untuk belajar;
sesuatu yang tak biasa bagi gadis-gadis belia seusia dan semasanya
Namun, perkawinan membuatnya berhenti
berhenti dari cita-cita sebagai seorang pendidik
Karena bukan perempuan biasa,
menjadi isteri dan ibu, tidak menghalangi dirinya untuk berbuat;
berbuat banyak untuk suami dan anak-anaknya
Ketika ia masih menyusun rencana agar anak-anaknya
menaiki anak-anak tangga hidup dan kehidupan
Ia harus menjadi ibu sekaligus ayah untuk semua
Hari duka suaminya masih terbayang,
harus dilengkapi dengan hari duka anak tertua
Ia menjadi sendiri untuk semua
tanpa banyak kata dan suara
Sendiri dan kesepian menjadikan ia kuat
Kuat melepaskan anak-anaknya pergi
pergi membangun diri
pergi menyusun hari-hari selanjutnya
Ia hanya bicara dengan mata dan air mata ketika anak-anaknya
melangkah pergi
melangkah kembali
Ia juga bicara dengan mata
bicara dengan kata tanpa banyak suara
ketika satu demi satu anaknya membangun keluarga
dan
ketika anak-anaknya bercerita tentang pahit manisnya keluarga yang mereka bentuk
Ia tidak memberi banyak nasehat kata-kata
tapi sentuhan dan pelukan
Sentuhan dan pelukan yang
melegahkan
menenangkan
menyegarkan
menghibur
Sentuhan dan pelukan
yang menghentikan aliran deraian air mata
Pelukan dan telapak tangannya yang menjadi
bak air mata serta menyimpan dalam hatinya
Ketika satu demi satu
anak-anak menjadi
dan jadi dalam dekapan tangan kasih sayangnya
Ia kembali menjadi PUSAT
bukan lagi PUSAT kesepian dan kesendirian
bukan lagi pusat mengalirnya air mata
bukan lagi pusat derita dan kesedihan
Ia menjadi pusat senyum, pusat cerita cinta, pusat cerita cita
Ia menjadi pusat yang menyatukan semua
Ia menjadi pusat gelak tawa semua anak cucu
Kini, sekian hari yang lalu
PUSAT itu telah pergi
Ia melangkah jauh
Ia menuju kejauahan
Kejauhan yang tak terjangkau
Ia yang tak terlupakan Ia selalu ada dalam setiap hati
Jappy Pellokila
1 Januari 2012