Mohon tunggu...
JAOJATUL KHASANAH
JAOJATUL KHASANAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekologi Budaya Prah-Prahan sebagai Tradisi Masyarakat Banten yang Masih Di lestarikan hingga Saat Ini

7 Mei 2024   15:16 Diperbarui: 7 Mei 2024   16:01 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Sejarah Tradisi Prah-prahan 

Asal mula adanya tradisi prah-prahan ini untuk menyambut awal tahun. Dimana masyarakat berharap awal tahun menjadi awal yang baik untuk melakukan sesuatu. Dari mulai pekerjaan yang baik, rezeki yang berkah, kesehatan, hubungan yang baik dengan yang lain, serta keselamatan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tradisi ini adalah acara selamatan awal tahun. Kata Prah-prahan ini berasal dari bahasa Sunda dialek Banten. Dengan adanya tradisi ini, menjadi pemacu semangat masyarakat untuk mengawali hari-hari mereka di tahun yang baru. Hal ini bisa dilihat dari keikutsertaan masyarakat ketika pelaksanaan tradisi Prah-prahan itu berlangsung. Ini menjadi bagian yang positif dari melestarikan budaya bangsa Indonesia. 

4. Nilai-nilai Budaya yang Terdapat dalam Tradisi Prah-prahan 

Dalam tradisi Prah-prahan ini, terdapat nilai-nilai budaya yang dapat diterapkan oleh masyarakat. Diantaranya, nilai religius, moral, gotong royong, sikap saling menghargai satu sama lain, nilai sosial dan estetika. Kereligiusan dalam tradisi ini dapat dilihat dari cara masyarakat berdo'a bersama di satu titik kumpul dengan wadah berisi makanan seperti nasi, lauk pauk beserta air yang di campur dedaunan. Gotong royong ini nilai yang terlaksana ketika prosesi tradisi Prah-prahan karena masyarakat berbondong-bondong meramaikan acara pelaksanaan tradisi ini dari mulai mempersiapkan tempat, air yang akan dibacakan do'a, dan masih banyak lagi. Sikap saling menghargai satu sama lain, tidak adanya perselisihan kasta. Serta tradisi ini dapat memupuk rasa sosial dalam diri masyarakat yang bertujuan agar tercipta lingkungan sosial yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun