Masih kuingat seabad lalu,
walau engkau tak tahu
apa yang menggeliat di sudut-sudut waktu
persis rindu, tiba-tiba tumbuh di selasar cumbu
mendayu, menginjak detik-detik sayu
matamu, terlempar; terdampar di setapak hatiku,
Dinda. Masih seperti dulu
kendati abad berdenyut,
sejarah kita enggan beringsut
kendati cinta terkadang berkuah duka
berbau sepi, namun mimpi ini
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!