Mohon tunggu...
Jantje Laimeheriwa
Jantje Laimeheriwa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jantje Laimeheriwa

Jadilah orang yang berempati

Selanjutnya

Tutup

Money

Posisi Pangan Lokal Bergerser di Maluku Barat Daya

21 Februari 2021   21:13 Diperbarui: 22 Oktober 2021   06:17 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pangan lokal di Kabupaten Maluku Barat Daya terdiri dari Jagung, umbi umbian, kacang kacangan  dan pisang.  Keragaman pangan lokal didaerah ini sudah menjadi makanan pokok masyarakat Maluku Barat Daya sejak dahulu  kala atau sejak para leluhur menempati wilayah ini. 

Terutama yang menjadi makanan pokok yg terkenal di hampir semua pulau di MBD adalah jagung. Setiap musim tanam pasti masyarakat tanam dan musim yang berlangsung di daerah ini ada 2 musim yaitu musim barat dan musim timur dan berlansung setiap tahun.

Pulau kisar misalnya dengan pola pertaniannya menetap dibandingkan dengsan pulau pulau lainnya di MBD dengan pola nomaden atau berpindah pindah setiap musim tanam.

Pada perkembangan saat ini pangan lokal yang merupakan makanan pokok mereka terutama jagung sudah mulai ditinggalkan dalam arti tidak menjadi makanan pokok lagi , mulai bergeser ke beras sebagai makanan sehari hari masyarakat.

Bergesernya jagung ini diakibatkan karena Pola Konsumsi Masyarakat bergeser dari jagung ke beras.

Suatu hal yang miris adalah walaupun pola konsumsi jagung bergeser ke beras tetapi setiap musim tanam masyarakat tetap menanam jagung, apalagi di pulau kisar ada semacam sangsi sosial jika setiap orang atau kepala keluarga yang tidak mengerjakan kebunnya di beri label Orang Pemalas.

Menurut pengamatan dilapangan ternyata simpanan jagung di dapur tetap tersedia tetapi yang di sajikan setiap kali makan keluarga pasti nasi beras.

Pola konsumsi berubah dari makanan pokok jagung sejak dulu kala ke nasi beras ini di akibatkan juga anak yang hidup disaat sekarang ini tidak mau makan nasi jagung lagi, mereka lebih senang dan cendrung makan nasi beras. Yang fatal adalah para orang tua selalu menuruti kemauan anak anak.

Jika di pandang kansungan nutrisi jagung dengan beras tidak jauh berbeda bahkan memiliki kelebihan kelebihan gizi jika di bandingkan dengan beras. 

Kondisi menjadi tantangan bagi para orang tua dan lebih lagi pemerintah daerah dalam memberikan penyuluhan dan pembimbingan tentang pemanfaatan pangan lokal yang kaya akan nutrisi yang dari dulu menjadi makanan pokok orang MBD.

Beberapa pulau di MBD menurut hasil penelitian tahun 2013 menunjukan ratio pola konsumsi jagung dan beras adalah sebagai berikut :

1. Pulau kisara ratio Jagung 20 % : Beras 80 %

2. Pulau Lety ratio Jagung 30 % : Beras 70 %

3. Pulau Moa ratio Jagung 80 % : Beras 20 %

4. Pulau Lakor ratio Jagung 60 % : Bera 40 %

Hasil penelitian ini dapat memberi gambaran bahwa pola konsumsi masyarakat Maluku Barat Daya berubah dari jagung sebagai makanan pokok selama ini beralih ke beras. Kondisi ini pasti semakin extrim dalam perubahannya karena hasil penelitian telah dilakukan kurang lebih 5 tahun yang lalu.

Dengan demikian disimpulkan bahwa posisi pangan lokal di Maluku Barat Daya telah bergeser sesuai perkembangan zaman.

Jantje Laimeheriwa

Penelitian Tahun  2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun