Dan itu harapan semua orang untuk menuju kebaikan dan kebajikan atas nama kemanusiaan, kekeluargaan dan kebersamaan meski dalam kerangka perbedaan.
Penulis sendiri masih ingat pada gerakan yang dirintis atau atau dipelopori Anies Baswedan yang disebutnya sebagai aksi nyata "merajut tenun kebangsaan", yaitu melalui dialog dengan semua kalangan meskipun berbeda.Â
Dialog yang berupaya membangun jembatan yang memfasilitasi pengertian sesama warga demi persatuan. Resiko sebuah jembatan adalah diinjak-injak tetapi bila dapat mempersatukan maka layak diperjuangkan. Sebuah tatanan kata-kata yang indah bila terwujud secara konkret.Â
Boleh saja semua orang tidak percaya atau masih mencurigai apa motivasi yang menggerakkan aksi Anies Baswedan dalam hal pemberian IMB dan meresmikan pembangunan gereja-gereja di Jakarta setelah sekian belas atau mungkin puluhan tahun hanya menjadi mitos atau harapan semata.Â
Namun people deserved the second change. Mungkin ingatan kolektif publik terkait ingar-bingar politik pilkada DKI Jakarta 2019 masih mengendap. Apapun persepsi dan asumsi yang berkelindan di benak setiap warga Jakarta dan bahkan mungkin publik seluruh Indonesia yang menaruh perhatian atas momen demokrasi itu.Â
Namun semuanya kembali kepada publik. Apakah akan terus terjebak pada masa lalu, ataukah move on dan melihat data serta fakta kinerja Anies Baswedan dalam menahkodai ibukota selama lima tahun masa kepemimpinannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H