16 jam yang lalu....
"Sudah tahu, orang mau belok, kenapa kamu malah mau belok juga?"
aku tidak melihat weser mobil avanza itu, yang aku tahu motorku telah ku arahkan kekiri dengan penanda weser kiri. hari ini memang tidak seperti biasanya, sepertinya ada kegiatan pertemuan antar dosen-dosen. dan lazimnya dosen, pasti akan membaa kendaraannya sendiri, sayangnya kendaraan "mobil" sangat tidak tepat dibawa, di wilayah fakultasku, tentunya karena jalanan yang sempit, pertigaan, dan tempat jalur 2 arah berlawanan kendaraan lewat. kalo motor dengan motor yang berkendara sih masih mungkin yah? tapi kalo mobil dengan mobil? yang ada mungkin baku hantam.
"Kalau kamu sudah lihat orang mau belok seharusnya jangan dulu kamu lewat. kenapa kamu malah nyelip disini! tidak akan bisa orang lewat"
Bapak itu terus komat-kamit padaku, temanku yang berada diboncengan belakang turun, agar lebih memudahkan gerakanku, aku heran bapak itu bukan dia yang mengendarai mobil tapi mengapa dia yang komat kamit. belum lagi hari itu hampir 4 jam aku beraktivitas diluar, panas yang menyengat menaikkan amarahku juga karena terlalu lelah, kesabaranku habis.
"lah, Memang ini bukan tempat parkir pak!" Sambarku cepat.
"nah ini memang bukan tempat parkir! orang mau lewat, kamu halangi jalannya! eh... kamu itu kalau bodoh tidak usah bicara!"
Deg, ada yang sakit pada organ tubuhku, hatiku. bapak itu mengataiku bodoh tanpa melihat wajahku yang dibalik helmet, tanpa tahu bagaimana keseharianku, tanpa tahu bagaimana aaku melewati hari-hariku, dia tahu apa tentang hidupku! dia tidak berhak menghakimiku dengan kata bodoh!
"Dasar bodoh, kamu itu dikasitahu baik-baik malah ngelunjak, dasar benar-benar bodoh!"
hatiku nyeri, mendengar racauan kata-katanya, temanku tari yang juga adalah dosen di fakultasku, sedari tadi berdiri di dekat bapak itu, mencoba menenagkannya, mengatakan pada bapak itu bahwa aku mungkin tak tahu kalau ada mobil yang ingin lewat. tapi masih saja bapak itu memaki makiku.
Aku menunggu bagai orang bodoh dipertigaan, menatap lajunya mobil yang tidak mau berhenti, 2 mobil telah lewat tapi masih saja banyak mobil yang ingin lewat. air dipelupuk mataku ku tahan sebisaku.
kurang lebih 20 menit kami berada dipertigaan itu dan temanku tari naik dimotorku,
"aku pernah menemui bapak itu, dia salah satu Dosen juga"
aku terdiam dan shock, bagaimana mungkin seorang dosen mampu memporak porandakan pikiran dan hati mahasiswa dengan gampangnya menggunakan kata kata BODOH!
aku tak menanggapi percakapan lebih lanjut dengan tari, rasanya akan semakin sakit.
setelah mengantar tari aku menepi, terdiam menangis tanpa suara. terbayang lagi wajah bapak itu, lalu berganti membayang menjadi wajah dosen yanga amat kusegani karena luasnya ilmunya namun supel dan disegani oleh mahasiswa...
aku peercaya tidak semua dosen seperti bapak itu, mungkin dia hanya kehilangan arah
akan ada hari...
saat dimana ini semua akan menjadi kenangan :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H