Ketiga, telusuri lebih dalam sumber berita. Pastikan berita yang dibaca berasal dari sumber yang jelas,. Jika sumber berita tidak jelas, tidak ada yang bertanggungjawab atau sulit dicari klarifikasinya, maka berita tersebut bisa dikategorikan hoax.
Keempat, cek keaslian foto atau video. Di era teknologi digital, bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat beritahoax juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca. Misalnya,berita disertai foto tentang ditemukannya bayi bertaring hasil hubungan manusia dengan singa betina. Setelah ditelusuri, ternyata foto-foto tersebut adalah boneka bayi yang dibuat oleh komunitas pecinta mainan.(Globalliputan6.com, 18/10/2017).
Adapun cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
Kelima, perhatikan format beritanya. Berita hoax seringkali mengesampingkan kaidah penulisan ejaan bahasa Indonesia. Seperti sebuah berita yang dilansir Kompas.com (1 November 2017) bahwa akhir-akhir ini beredar broadcast melalui aplikasi WhatsAppterkait registrasi ulang kartu prabayar. Adapun bunyi broadcast sebagai berikut:Â
"Ini ada share dr pak krida (grup TAMjabar)??? Barusan liputan trans 7 jam 07.05 menit KEMINFO tdk pernah memberikan pernyataan seperti ITU HOAXS DAN DATA YANG DIMINTA ITU BISA DISALAHGUNAKAN OLEH ORANG YG TDK BERTANGGUNG JAWAB UNTUK MELAKUKAN KEJAHATAN PERBANKAN KARENA KUNCI ADMIN KITA DI BANK ADALAH NIK. DAN NAMA IBU KANDUNG. TOLONG SHARE INI KE TEMAN2. AKOH SAKSI HIDUP YG MENONTON LIPUTAN TRANS 7 JAM 19.05 SEKALI LG BERITA ITU HOAKS."Â
Broadcast tersebut merupakan berita hoax yang penulisannya tidak memperhatikan kaidah penulisan. Jika netizenmenjumpai sebuah berita atau broadcastyang penulisannya tidak memperhatikan kaidah penulisan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan maka berita atau broadcast tersebut bisa teridentifikasi sebagai berita hoax.
Keenam, Waspada jika ada anjuran disertai ancaman untuk mengeshared berita tersebut sebanyak-banyaknya. Misalnya di akhir sebuah berita terdapat pernyataan "Sebarkan berita ini ke sepuluh orang temanmu. Jangan berhenti di kamu, kalau tidak kamu bisa mati."Jika dalam sebuah berita terdapat pernyataan yang bersifat anjuran disertai ancaman seperti halnya contoh tadi, maka berita tersebut termasuk kategori berita hoax.
Ketujuh, ikut serta grup diskusi anti-hoax. Di facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci. Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcingyang memanfaatkan tenaga banyak orang.
Dampak Negatif Hoaks
Berita hoak banyak memberikan dampak negatif bagi para netizen khususnya dan juga bagi seluruh warga negara Indonesia pada umumnya. Dampak negatif hoax yang paling utama adalah memicu kecemasan dan kepanikan. Seperti berita hoax tentang penculikan anak di atas, jika dari pihak POLRI tidak secepatnya meluruskan maka akan timbul kecemasan dan kepanikan warga msyarakat.
Dampak negatif hoax berikutnya adalah penipuan public. Foto-foto bayi bertaring yang sengaja diunggah merupakan penipuan public. Dalam hal ini, masyarakat luas merasa tertipu dengan unggahan foto bayi bertaring yang sebenarnya adalah sebuah boneka.