" Ealahhhh wong edan, permisi". Bu Jonah pergi dengan mulutnya yang masih komat kamit ngedumel.
Aku tertawa puas dalam hati. Jahatkah aku sebagai pelayan masyarakat? Ah aku kan cuma bercanda. Aku ingin semua orang bisa mengerti bahwa semua pengajuan administrasi ada aturannya dan dengan jalan yang bersih.
Setelah peristiwa itu bu Jonah tak pernah kembali lagi. Aku tidak tahu apakah anaknya jadi berangkat ke luar negeri dengan dokumen palsu atau tidak. Dan aku pun kaget, setelah 6 bulan berlalu bu Jonah kembali dengan deraian air mata. Aku bertanya-tanya apa yang akan dilaporkan bu Jonah.Â
Dan ternyata benar, anaknya Johanes Agustinus sudah 4 bulan ini tidak ada kabar beritanya. Jangankan uang kiriman, dia ada dimana saja bu Jonah tidak tahu.
"Mba...sudah 4 bulan ini anak saya yang kerja di Malasyia tidak ada kabarnya. Cuma 2 bulan dia kirim uang dan kabar, setelah itu hilang entah kemana".
" Bu Jonah sudah tanya ke mas Dalim sebagai sponsor?"
"Mas Dalim juga hilang entah kemana. Waktu itu setelah saya bayar 3juta, kita tidak ada komunikasi lagi".
" Surat-surat persyaratan yang harus dipenuhi dulu ada dimana?"
" Ndak ada....anak saya cuma dibawa mas Dalim ke Jakarta terus berangkat ke Malasyia".
" Jadi ibu tidak tahu sama sekali, dimana alamat perusahaan dan petunjuk lainnya?"
Bu Jonah hanya mengangguk pelan sambil mengusap air matanya. Sedangkan aku hanya mengelus dada. Ini yang aku khawatirkan kalau ada warga yang ingin bekerja luar negeri dengan jalur ilegal. Sudah satu minggu ini bu Jonah melapor ke desa. Kami selaku pemerintah desa sudah berusaha mencari bantuan ke pihak lain. Seperti Dinas Ketenaga Kerjaan dan Dinas Sosial. Meskipun ketika melapor, kami mengalami kesulitan karena sedikitnya informasi. Kami hanya berbekal nomer telepon yang dulu pernah digunakan Johanes untuk menelpon bu Jonah.