Mohon tunggu...
R. Janah Bunda Savita
R. Janah Bunda Savita Mohon Tunggu... Guru - Kompasianer Brebes Community Jawa Tengah

Menulislah Pasti Bertambah Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Gampang... Semua Bisa Diatur

3 Maret 2019   12:33 Diperbarui: 3 Maret 2019   13:08 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ini kartu keluarganya. Sampean nyumpahin anak saya bermasalah. Anak saya mau diajak kerja di kapal luar negeri. Penyalurnya mas Dalim. Dia sudah banyak menyalurkan TKI/TKW desa ini. Saya mah percaya saja sama mas Dalim. Kata mas Dalim gajiannya gede nyampe 5juta tiap bulan", oceh bu Jonah.

"Jangan mudah percaya bu, cepat kerja dan tergiur dengan gaji besar. Semuanya harus diteliti dan jelas. Jangan sampai njenengan* kena tipu", sambil ku lirik kartu keluarga yang disodorkan bu Jonah.

Aku lihat dan teliti betul identitas yang terpampang di kartu tersebut. Johanes Agustinus, Padamakmur 17 Agustus 2004. Aku hanya bisa geleng kepala membacanya.

"Bu.....ini Johanes Agustinus anak ibu yang mau kerja di luar negeri? Umurnya saja baru 15tahun bu. Jangankan dapat bekerja, dapat KTP saja belum bisa. Ini mah umur anak sekolah. Emangnya anak ibu ini ndak sekolah"? selidikku.

" Buat apa sekolah. Lah itu si Dukim ndak sekolah juga bisa ke luar negeri. Dapat duit banyak. Kalo si mba sekolah tinggi gajinya berapa? Udah pernah ke luar negeri belum?"

Hufffttttt panas rasanya denger ocehannya itu. Tapi ya sudahlah. 

" Saya tahu mba, umur anak saya belum 17 tahun belum bisa buat KTP. Makanya saya datang kesini, minta tolong mba cantik biar buat surat pengantar ngerubah umur anak saya. Gampang kok mba, semua bisa diurus kan. Saya sudah biasa ngurus kaya gini sama pak Japra", bu Jonah tersenyum lebar sembari menyodorkan lembaran kertas warna merah bergambar sang proklamator.

Langsung aku tersenyum dan menyodorkanya kembali. Sepertinya dia kecewa dan bingung kenapa tawaran baiknya ditolak.

" Kurang toh mba, yo wes saya tambahin lagi", bu Jonah masih mencoba membujukku.

Ku hadapkan tanganku tanda menolak. Mukanya mulai merah tanda dia marah.

" Mba susah amat sih. Tinggal bikin surat pengantar gitu aja kok repot. Toh nanti yang maju ke Kecamatan saya sendiri. Mba ini siapa sih. Ndak kenal saya yah Ibu Jonah, pengusaha tempe terkaya di desa Padamesem ini. Mana pak Japra, kalau sama dia pasti beres", bu Jonah clingak clinguk mencari wujud pak Japra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun