Mohon tunggu...
Janice Ashley Kurniawan
Janice Ashley Kurniawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Novel Bukan Pasar Malam Karya Pramoedya Ananta Toer Menggunakan Pendekatan Mimetik

1 Maret 2022   08:00 Diperbarui: 1 Maret 2022   08:54 4730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dalam surat yang dituliskan oleh Ayah kepada tokoh "aku", terdapat salah satu kalimat yang bertuliskan: "Aku dapat menggambarkan kesulitan djiwamu; aku dapat menggambarkan penderitaanmu dalam ruang jang sangat terbatas, karena aku mengalami sendiri ketika pemberontakan Pesindo, selama dua minggu hidup dalam tiga pendjara." (hal. 6). Berdasarkan sejarah perjuangan Indonesia dalam mempertahankan Republik dari kaum kolonialis, Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) memang berperan aktif dalam revolusi fisik pada tahun 1945 hingga 1949. Pesindo selalu dikaitkan dengan Peristiwa Madiun di tahun 1948. Kemudian pada masa Orde Baru, Pesindo mendapat stempel "merah" dan organisasi kemasyarakatan (ormas) yang memiliki kecenderungan sebagai "pemberontak".

Sindiran Terhadap Pemerintah Zaman Itu

"Presiden memang orang praktis --- tidak seperti mereka jang memperdjuangkan hidupnja dipinggir djalan berhari-harian." (hal. 8). Perkataan dan perbuatan tokoh "aku" dalam novel ini juga mengkritik pemerintahan pada masa orde lama yang hanya sibuk mengurus dan memperkaya diri sendiri. Sejak masa orde lama, kesenjangan antara para pejabat dengan masyarakat sudah terjadi. Situasi politik yang tidak stabil muncul pada masa pemerintahan orde lama, terlihat dari banyaknya pergantian kabinet hingga mencapai 7 kali pergantian kabinet. Hal itu menimbulkan keresahan dan kritik dari rakyat.

Realita Kehidupan yang Tidak Seperti Pasar Malam

Di akhir kisah, tokoh "aku" berpikir mengapa hidup tidak seperti pasar malam, dimana orang-orang datang, pulang, dan merasakan kebahagiaan bersama-sama. Nyatanya, semua dilalui sendiri-sendiri di kehidupan ini. Hal itu tersampaikan melalui kalimat : "Siang itu terik mulai membakar kulit. Dan kami berdjalan terus pulang --- kerumah dimana ibu meninggal, dimana adik kami jang ketjil meninggal, dimana ajah kemarin meninggal, dan barangkali djuga dimana kelak kami meninggaldunia. Dan dalam berdjalan pulang terbajang dalam kepalaku kuburan ibu, adik, nenek, ajah dan kakek. Dan barangkali djuga kelas disampingnja, majatku sendiri dikuburkan orang. Dan orang Tionghoa semalam menghendaki dunia jang seperti pasarmalam, dimana orang beramai-ramai datang dan beramai-ramai pergi. Tinggal mereka jang harus menjapui itu --- sekalipun tak dikatakan olehnja --- ialah Tuhan jang disebut-sebut orang jang tak pemah mengetahuinja." (hal. 103-104).

Argumen

Novel ini menarik karena dikisahkan bagaimana seseorang dengan jiwa besarnya sebagai pemuda revolusi yang idealis, pada akhirnya luluh ketika dihadapkan pada keadaan yang tidak memihak padanya. Ia harus menerima kenyataan bahwa ayahnya terbaring sakit karena TBC, keuangan keluarga yang buruk, rumahnya di kampung halaman yang sudah tidak kuat lagi menahan arus waktu, dan menghadapi istri yang cerewet. Semua permasalahan itu harus dihadapi oleh tokoh "aku". Di samping itu, perkataan dan perbuatan tokoh "aku" dalam kisah ini tidak hanya mengkritik kekerdilan diri sendiri, tapi juga menunjukkan sisi buruk dari pemerintahan pada masa pasca kemerdekaan yang hanya sibuk mengurus dan memperkaya diri sendiri.

Pada novel ini terdapat banyak sekali pesan dan amanat yang dapat diambil oleh pembaca. Salah satunya bahwa kehidupan tidak melulu seperti pasar malam yang identik dengan kata ramai dan menyenangkan, melainkan ada juga  masa sulitnya. Pada akhirnya, dalam kehidupan ini kita akan hidup dan mati sendiri-sendiri. Penulis juga mengemas setiap persoalan dengan menarik dan selalu menyelipkan renungan-renungan di dalamnya. Selain itu, pembaca juga dapat melihat perkembangan dari tokoh "aku".

Keunggulan dari novel Bukan Pasar Malam karya Pramoedya Ananta Toer adalah  penulis mampu membuat rangkaian cerita yang menarik sehingga membuat pembaca terhanyut di dalamnya. Emosi yang didapatkan dari alur cerita juga tersampaikan dengan baik kepada para pembaca, membuat pembaca turut merasakan tekanan batin yang dialami tokoh "aku". Namun, kekurangan novel tersebut terdapat pada gaya bahasa dan cara penulisannya. Gaya bahasa yang digunakan penulis terlalu rumit dalam memaparkan isi cerita, sehingga membuat pembaca bingung. Selain itu penulisan novel ini masih menggunakan ejaan lama, sehingga pembaca yang tidak terbiasa akan merasa kurang nyaman dengan cara penulisannya. Novel ini juga memerlukan pengetahuan dan pemahaman tertentu agar jalan ceritanya lebih mudah untuk dimengerti dan terdapat beberapa kata yang kurang familier bagi orang awam. Oleh sebab itu, buku ini direkomendasikan untuk dibaca oleh orang-orang yang sudah beranjak dewasa, terutama mereka yang gemar membaca atau merupakan pembaca aktif.

Simpulan

Secara keseluruhan, novel Bukan Pasar Malam karya Pramoedya Ananta Toer merupakan novel yang bagus dan layak untuk dibaca, karena sangat menggambarkan realita kehidupan pada masa itu dan bahkan ada beberapa hal yang masih sangat berhubungan hingga saat ini. Dalam novel ini, terdapat nilai-nilai mengenai realita kehidupan yang dapat diambil. Salah satu yang paling berkesan, yaitu realita bahwa di dalam kehidupan ini kita akan menjalankan semuanya sendiri-sendiri, tidak seperti di pasar malam yang akan datang dan pergi bersama-sama. Dengan begitu, pembaca dapat lebih disadarkan akan kehidupan ini. Selain itu, disinggung pula sisi gelap dari para penguasa dan pemerintahan Indonesia yang egois dan tidak melaksanakan tugasnya seperti seharusnya. Bahkan beberapa dari mereka malah sibuk memperkaya diri sendiri dan menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang diinginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun