Dari kasus dan dampak-dampak yang disebutkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kerusakan ekosistem pantai dan laut disebabkan terutama oleh beberapa hal berikut:
- Perubahan zonasi yang diperuntukan sebagai zonasi pemanfaatan pariwisata mengakibatkan kondisi lingkungan menjadi terancam, hal ini dapat dilihat dari banyaknya patahan terumbu karang, dan berkurangnya lahan tanaman bakau.
- Adanya wisatawan yang menginjak bahkan mengambil terumbu karang sebagai cindera mata ketika snorkeling sehingga mengancam keanekaragaman hayati terumbu karang
- Kapal wisata pembawa turis yang bergerak dan melakukan lego jangkar sembarangan
- Wisatawan yang kurang mengerti menyentuh, memberi makan, dan mengganggu ikan dan binatang-binatang laut lainnya
- Pembangunan jalan di bawah air untuk wisatawan yang tidak menyesuaikan dengan terumbu karang yang sudah ada
Mempertahankan daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan laut.
Penelitian oleh Branchini et al. (2015) menyatakan bahwa kerusakan-kerusakan pada ekosistem pantai mengurangi kenikmatan rekreasi sehingga kerusakan pada ekosistem juga akan memperburuk performa bisnis pariwisata. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keberlangsungan dan kesejahteraan masyarakat dan perusahaan sebagai pemegang kepentingan dalam bisnis pariwisata bahari harus dilakukan secara bertanggungjawab dan didasari oleh sistem manajemen yang ramah lingkungan.
Hal ini dapat dilakukan melalui kerjasama sektor pemerintah, swasta, dan pendidikan dalam penyamaan persepsi dan pembentukan best practice pengelolaan ekosistem laut dan pantai. Melalui hal ini diharapkan akan terjadi sinergi antar sektor sehingga pemenuhan kebutuhan dapat dijalankan secara lestari dan usaha penanggulangan kerusakan dapat berjalan dengan efektif.
Penanggulangan kerusakan ekositem laut juga harus mengikutsertakan dan memberdayakan warga yang ada di daerah pesisir laut dalam usaha mempertahankan kelestarian ekosistem laut. Perlu adanya edukasi untuk meningkatkan kesadaran akan kegiatan-kegiatan yang memiliki dampak merusak pada ekosistem laut sehingga masyarakat lokal, terutama yang mata pencahariannya bergantung pada sumber daya alam laut, dan wisatawan yang berkunjung dapat berperan aktif dalam melestarikan lingkungan yang menjadi sumber penghidupan dan sumber rekreasi mereka.
Selain pemberdayaan warga, pemerintah juga harus memperkuat kebijakan mengenai peraturan sampah, peraturan mengenai wisata laut, pengembangan dan pembangunan wisata laut, serta transportasi laut dengan bantuan pemberian pengawas. Dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah ini, maka akan memperkuat pondasi dalam melindungi keberlanjutan ekosistem dan ekologi laut yang diakibatkan oleh aktivitas pariwisata.
Pada akhirnya semua kerjasama ini akan terwujud dengan komunikasi semua stakeholder, baik pemerintah (daerah maupun pusat), penduduk setempat dan pengelola, maupun masyarakat yang berperan sebagai penikmat wisata bahari tersebut. Keberlanjutan ini merupakan tanggung jawab semuanya, demi keberlangsungan generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.
Daftar Pustaka
Asdhiana, I. (2015, November 06). WWF Ajak Wisatawan Ramah terhadap Satwa Laut. Retrieved May 07, 2018.
Branchini, S., Meschini, M., Covi, C., Piccinetti, C., Zaccanti, F., & Goffredo, S. (2015). Participating in a citizen science monitoring program: Implications for environmental education. PLoS ONE, 10(7), 1--14
Hapsari, Amalia. "Wisata Bahari Jadi Ancaman Bagi Terumbu Karang Di Lombok Barat."Â Tribunnews.com, Tribunnews, 19 Oct. 2017, 17:31,