Salah satu ulama terkenal  Syiria yakni Syaikh Hisyam Al-Burhani dalam suatu kajian pernah mengisahkan bahwa ada pemakaman  di Kota Damaskus, dimana banyak para alim ulama yang dikuburkan di makam tersebut.  Disana ditemui tukang gali kubur yang sangat familiar bagi para peziarah . Dia telah berpuluh-puluh tahun tahun bekerja sebagai tukang gali kubur.
Suatu hari ada seorang perempuan yang ingin menguburkan jenazah dan hanya diiringi beberapa orang. Tukang gali kubur itu akhirnya melaksanakan tugas seperti biasanya. Namun, saat jenazah ia letakan di liang kubur. Seketika kuburan terbuka lebar dan seakan-akan menjadi taman-taman surga. Setelah itu datanglah dua sosok berkuda yang mengambil jenazah itu dan pergi. Tanpa disadari si tukang gali kubur itu pingsan setelah melihat penampakan yang tak biasa. Padahal orang-orang sekitarnya tidak melihat apa yang terjadi dengan penggali kubur itu.
Akhirnya ia terbangun oleh percikan air dari salah satu pengiring jenazah. Lalu perempuan diantara mereka bertanyaÂ
      " Kenapa engkau ?, apa yang terjadi dengan dirimu wahai penggali kubur".
 Kemudian ia menjawab
       " Saya melihat keajaiban begini dan begini " Jelasnya secara rinci. Lalu mereka membalas.
      " Mungkin itu hanya khayalanmu pak" begitu jawabnya dan mereka pergi meninggalkannya dengan kebingungan.
Beberapa bulan kemudian, perempuan itu datang lagi dengan jenazah dan memintanya untuk menguburkan lagi jenazah yang dibawa. Akhirnya jenazah itu dikebumikan seperti biasa oleh penggali kubur. Tetiba saat ditaruh diliang lahat, seketika tanah kuburan terbuka dan terlihat taman-taman surga dan ada dua sosok yang ternyata malaikat mengambil jenazah . Tapi kali ini si penggali kubur tidaklah pingsan seperti sebelumnya. Dia segera keluar dari liang kubur dan menemui perempuan itu yang mulai pergi.
      "Siapa kamu? Dan berasal dari mana?" Tanya Si Penggali Kubur
      "Saya kena musibah, saya adalah ibu dari jenazah ini, begitu pula beberapa bulan lalu, anakku juga wafat. Memang ada apa ?" Balas Ibu itu dengan bertanya.
      "Demi Allah, ketika saya memasukkan mayat-mayat dari putra ibu ke liang lahat, terlihat taman-taman surga begitupun yang kedua kalinya. Memangnya, apa amalan mereka sampai Allah memperlakukannya seperti sehingga mendapat kemuliaan yang agung". Ucap penggali kubur . Lalu Ibu itu menjawab.
      "Anakku yang pertama adalah pencari ilmu dan anak yang kedua bekerja sebagai tukang kayu dan membiayai saudaranya untuk menuntut ilmu". Jelasnya Ibu itu.
      Maka Allah membalas keduanya, pencari ilmu dan orang yang membiayainya. Allah perlakukan keduanya seindah itu. Lalu penggali kubur setelah mendengar penjelasan ibu itu langsung beranjak meninggalkan pemakaman dan pergi ke masjid At-Taubah. Dimana dari situ kami (Syekh Hisyam Al-Burhani) hidup, dari mulai ayahku, kakekku lalu ayah dari kakekku. Kala itu si penggali kubur menghadap kakek kami Syaikh Said Al-Burhani seraya berkata.
      "Aku ingin menuntut Ilmu Ya Syeikh"
      "Bagus umurmu sekarang 45, hampir lima puluh tahun kau lupakan hidupmu tanpa mencari ilmu, sekarang baru mau menuntut ilmu, kenapa?" tanya Syaikh.
      "Karena aku menemui begini,,,, begini ". Penggali kubur menjelaskan sampai akhir . Maka Syaikh Said Al-Burhani berkata
      "Mulailah mencari ilmu !"
      Mulailah dia mencari ilmu, dia belajar Al-Jurumiyah, menghafal beberapa matan dan seterusnya. Dia mulai sibuk mencari ilmu sampai menjadi ulama besar yang bernama Syaikh Abdur Rahman Al-Haffar, salah satu ulama besar Kota Damaskus. Semua keluarganya setelah itu menjadi penuntut ilmu dan yang terakhir adalah Syaikh Abdurrazaq Al-Haffar yang juga ulama besar Damaskus.
      Di akhir ceramahnya, Syaikh Hisyam Al-Burhani mengatakan : Inilah kisah yang menjelaskan betapa Allah sangat memuliakan  dan mengangkat orang-orang yang menuntut ilmu dan menafkahkannya. Mencari ilmu itu harus dengan niat yang baik. Tidak mencari ilmu dengan tujuan Ijazah, lalu ditempel di dinding. Tidak pula mencari ilmu agar disebut Alim. Tidak pula mencari ilmu agar punya gaji untuk hidup di dunia ini. Itu semua tujuan duniawi. Maka jadikanlah itu tujuan belakangan sehingga tujuan utamanya adalah menuruti perintah Allah sebagaimana ayat pertama Al-Qur'an yakni :
Â
= = = =
Â
 Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S Al-Alaq 1-5)
  Â
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H