"Gedebuggggg"
"Suara apa  itu bang " tanya Irfan
"Nah itu durian fan , ayo kita ambil " sergah bang Rustam
Durian akhirnya terkumpul banyak dan cukup untuk makan besar .Malam itu juga Irfan , Bang Rustam serta kawan-kawannya menikmati hasil buruannya . Tak lupa ditemani dengan seteko kopi hitam khas Sumatra . Malam itu adalah malam yang berkesan baginya.
Seminggu sudah Irfan menetap di bumi rantau .Tak terasa pengumuman hasil seleksi ke timur tengah telah keluar . Ia mencoba membuka situs web tersebut . Matanya menerawang dan terbelalak setelah tau namanya muncul dibarisan peserta yang lulus seleksi . Ia sempat senang , kendati demikian ia berpikir dua kali akan ekonomi keluarganya . Ia melewatkan begitu saja tanpa banyak omong ke orang-orang.
"tuuuut " Hp Irfan bergetar ada panggilan masuk . Sontak ia terkejut karena yang menelponnya itu adalah Pak Kyai Mulyana . Langsung ia angkat telponnya.
"Assalamualaikum fan , alhamdulillah kamu lulus dan orang tua kamu barusan menghadap Mudir dan menyampaikan bahwa mereka siap membiayai kamu belajar di Al-Azhar"
Dengan muka agak panik ia membalas " Wa'alaikumsalam Mudir ,Tapi Irfan masih mengabdi Mudir"
"Irfan tenang aja , masalah pengabdian biarlah mudir yang mengurus! ,yang penting besok kamu pamit dan langsung pulang ke rumah " Dengan nada lembut mudir meneruskan.
"Iya Mudir " Jawab Irfan takzim.
Irfan menghadap kepala sekolah tempat ia mengabdi sekaligus berpamitan dengan warga sekolah yang baru ia kenal dalam waktu seminggu. Kepala sekolah dengan berat hati mengizinkannya untuk pulang . Demikian pula rekan sepengabdiannya yaitu Hafsoh . Ia tak kuasa menangis melepas kepergian Irfan . Mau tak mau Hafsoh berjuang dan mengabdi sendiri di sekolah baru itu.