Sejak malam itu, aku tidak pernah melihat Paolo.
Kedai tutup beberapa saat. Aku mendengar perbincangan aneh beberapa pelayan kedai. Mereka menangis seraya mengucapkan sesuatu seperti, Paolo telah pergi.
Aku bingung. Apa mungkin yang diucapkan seorang ayah kepada gadis kecilnya benar bahwa waktu Paolo telah tiba? Tapi mengapa orang-orang itu harus menangisi kepergian Paolo?
Bukankah Paolo pergi ke tempat penuh kedamaian?
Jika memang benar, seharusnya mereka bersuka. Â Paolo telah menemukan kedamaian yang manusia cari. Mungkin saja Paolo telah menjadi salah satu dari kumpulan bintang di langit malam. Ia telah berpendar bercahaya menemani rembulan yang selalu aku nanti tiap malam tiba.
Entah kapan aku akan berjumpa kembali dengan Paolo. Namun satu hal yang pasti, Paolo telah menemukan kedamaian abadinya. Suatu saat nanti aku juga. Cangkir tua ini akan tenggelam dalam impian-impian mustahilnya, menjadi serpihan yang penuh kedamaian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H