Mohon tunggu...
Janet Vilia Pokiro
Janet Vilia Pokiro Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

suka dengerin musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melukis Lustrum dalam Kelelahan

30 Januari 2024   14:50 Diperbarui: 1 Februari 2024   07:54 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari itu adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Sekolah mereka merayakan lustrum, sebuah perayaan yang diadakan setiap lima tahun sekali. Pandhapa dihiasi penuh warna, bendera-bendera berkibar, dan senyum-senyum kegembiraan terpancar di wajah semua orang.

Namun, di salah satu sudut ruang kelas, Megan terbaring lemah di atas meja. Suara batuknya terdengar lemah, dan wajahnya tampak pucat. Ia merasa seperti seluruh dunianya runtuh, karena ia telah menantikan acara ini sejak lama. Megan telah menjadi anggota panitia lustrum dan bertanggung jawab atas tim make up untuk merias para penampil.

Meskipun tubuhnya memberontak, tekad Megan  tak tergoyahkan. Ia memutuskan untuk pergi ke sekolah meskipun sakit, karena ia merasa tanggung jawab terhadap teman-temannya dalam panitia. Megan bergegas menuju sekolah dengan jaket tebal dan masker, berusaha menyembunyikan gejala sakitnya.

Sampai di sekolah, megan disambut oleh keramaian dan tawa gembira. Ia mencoba menyamarkan kelelahan dan rasa sakitnya dengan senyuman. Ketika teman-temannya melihatnya, mereka merasa senang dan memberinya semangat. Namun, ada yang mencurigai bahwa sesuatu tidak beres dengan keadaan Megan.

Di ruang kelas, Megan bergabung dengan tim make up. Walaupun kondisinya kurang baik, ia berusaha memberikan yang terbaik. Meskipun tangan gemetar, Megan dengan tekun merias wajah-wajah cantik para penampil lustrum. Teman-temannya yang lain membantu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang biasanya akan dijalani bersama.

Acara lustrum dimulai, dan para penampil tampil memukau di atas panggung. Megan duduk di backstage, masih mencoba bertahan dengan tenaga yang tersisa. Teman-temannya memperhatikan keadaannya, namun Megan terus bersikap tegar. Ia menolak untuk membebani teman-temannya dengan kekhawatiran atas kesehatannya.

Saat giliran kelompok kelas Megan tiba, Megan merasa semakin melemah. Ia berdiri di belakang panggung, mencoba menyeimbangkan diri. Namun, teman-temannya melihatnya hampir jatuh dan segera memberikan dukungan. Mereka menyadari bahwa Megan tidak dapat melanjutkan, tetapi Megan tetap ingin tampil dan mereka pun sepakat bahwa Megan tetap akan tampil, dan tiba waktunya scene Megan, ia menaiki tangga panggung dengan hati-hati akhirnya dia pun dapat tampil sampai selesai, Megan sedikit kecewa dengan hasil penampilannya dikarenakan ada beberapa dialog yang salah ia ucapkan, tetapi teman-teman Megan memaklumi hal tersebut karena Megan sedang sakit.

Megan merasa bersyukur dan bersalah sekaligus. Ia tahu bahwa teman-temannya melakukannya dengan tulus, tetapi ia merasa kehilangan momen penting dalam hidupnya. Meskipun begitu, dia mencoba menutupi perasaannya dan memberikan semangat kepada teman-temannya yang tampil di panggung.

Acara lustrum berlanjut, dan Megan menyaksikannya dari kursi di depan panggung. Ia merasa bangga melihat kontribusinya bersama teman-temannya. Namun, semakin lama, keadaannya semakin parah. Tubuhnya terasa semakin dingin, dan lambungnya terasa sangat sakit.

Setelah acara selesai, teman-teman Megan berusaha membawanya pulang, namun Megan bersikeras untuk menunggu orangtuanya datang menjemput. Saat mereka tiba, mereka kaget melihat keadaan Megan yang semakin memburuk. Tanpa ragu, mereka membawanya segera ke rumah sakit.

Di rumah sakit, dokter mengonfirmasi bahwa Megan menderita infeksi lambung dan butuh perawatan intensif. Ia dirawat inap disalah satu rumah sakit yang berada di Yogyakarta. Orangtuanya merasa bersalah karena tidak mengetahui kondisi sebenarnya Megan. Megan sendiri merenung, bertanya-tanya apakah keputusannya untuk memaksakan diri datang ke sekolah adalah keputusan yang bijaksana.

Namun, di balik semua itu, Megan merasa lega. Meskipun tidak dapat mengikuti acara lustrum sepenuhnya, dia merasa bangga atas semangat dan dedikasinya. Pengalaman itu mengajarkan Megan pentingnya mendengarkan tubuh dan merawat kesehatan. Ia berjanji untuk lebih memprioritaskan kesehatannya di masa depan dan berterima kasih kepada teman-temannya yang telah membantunya melalui momen sulit tersebut.

Seminggu kemudian, Megan pulang dari rumah sakit dengan kondisi yang sudah membaik. Meskipun masih perlu waktu untuk pulih sepenuhnya, dia bersyukur karena mendapatkan dukungan dan pengertian dari teman-temannya. Pengalaman pahit tersebut mengajarkan Megan dan teman-temannya bahwa kesehatan dan kebersamaan selalu lebih berharga daripada pencapaian sekolah.

Beberapa minggu setelah kejadian itu, Megan kembali ke sekolah. Teman-temannya menyambutnya dengan hangat, dan mereka bersama-sama merenung tentang makna sejati dari perayaan lustrum. Megan tahu bahwa meskipun ia terpaksa melewatkan sebagian acara, keberadaannya tetap memberikan kontribusi berharga.

Seiring berjalannya waktu, Megan pulih perlahan. Pengalaman itu meninggalkan kesan yang mendalam padanya. Ia menyadari bahwa ada batasan bagi tubuhnya, dan terkadang keinginan untuk membantu haruslah sejalan dengan kebutuhan kesehatan pribadi.

Pengalaman pahit itu mengajarkan Megan untuk lebih mendengarkan tubuhnya dan tidak terlalu memaksakan diri. Bagi teman-temannya, itu menjadi pelajaran untuk lebih peduli terhadap orang-orang di sekitar, dan tidak mengabaikan tanda-tanda kelemahan. Meskipun perjalanan itu penuh tantangan, akhirnya, mereka menyadari bahwa kebersamaan dan perhatian satu sama lain adalah yang terpenting.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun