Mohon tunggu...
Janes addiction
Janes addiction Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Bukan gunung di depan untuk didaki yang membuatmu lelah, melainkan kerikil di sepatumu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Sang Nelayan

11 November 2021   08:24 Diperbarui: 11 November 2021   08:30 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nelayan. Sumber: pixabay

Perbincangan untuk barang sebentar berhenti. tak ada kata yang terlontar dari mulut kami berempat sebelum teman yang lain menanggapi tentang smartphone Herri yang baru saja di beli. Sengaja foto gadis cantik berpakaian coklat dilekatkan pada layarnya sebagai wallpaper. 

"Sudah, jangan di pandangi terus foto itu, lebih baik temui dia esok lusa. Ajak dia cepat cepat menikah, kalau kelamaan nanti bisa bisa di gaet sama orang lain" kata teman yang di sebelahnya. Sementara Herri tak tertarik untuk menanggapi. Dan hanya tersenyum.

Saya juga akhirnya ikut berkomentar, lalu Herri menjawab bahwasanya itu adalah foto pacarnya setengah tahun belakangan ini. Sebut saja namanya Essa, pacarnya itu sebelumnya pernah bekerja di tempat hiburan malam, Herri menaruh perhatian lebih karena Essa terlihat lebih cantik dan masih belia.  kala itu hanya Essa saja yang tidak mau di booking karena alasan masih berstatus sebagai pekerja baru. Ia penasaran lalu kemudian mencoba untuk mengorek informasi dari pacarnya tersebut. 

Dari penelusuran Herri ia memperoleh informasi bahwa pacarnya tidak diperbolehkan oleh si bos untuk menerima tamu sebelum ia dapat menjual minuman keras sebanyak target yang telah ditetapkan. Karena pada setiap botol miras yang akan laku terjual tersebut lima belas persen dari harga merupakan premi yang nantinya akan di setor setiap bulan.

Semakin banyak miras yang dapat di jual oleh Essa, maka semakin cepat pula dirinya segera mencapai target. Ketentuan itu di berlakukan oleh si pengelola tempat hiburan tersebut karena pada dasarnya para pengelola tempat hiburan tempat Essa bekerja di dominasi oleh para pengusaha baru yang bermodal minim, mereka bekerja sama dengan perusahaan minuman yang mencoba-coba untuk mencari peruntungan berbisnis di dunia hiburan. Pengelola tempat hiburan tersebut tentunya tidak mau di rugikan sebab dari edaran surat pemberlakuan ketetapan perusahaan induk yang menaunginya si pengelola hanya memperoleh penghasilan dari seberapa besar dapat menjual miras yang telah di stok oleh perusahaan.
Essa mengaku bahwa dalam lubuk hatinya yang paling dalam sebenarnya tidak mau memperoleh uang dengan cara seperti ini. Ia mengidamkan ingin seperti gadis gadis lain di kampungnya dulu. Melanjutkan Sekolah kejenjang yang lebih tinggi, dan ketika telah lulus nanti dapat di terima sebagai pekerja pabrik atau yang lebih baik lagi. 
Namun keberuntungan tidak berpihak kepadanya. Akhirnya Ia berpendapat bahwa kesulitan dalam mencari kerja yang ideal tidak hanya di hadapi oleh orang orang seperti dirinya, bagi fresh graduate pun juga kiranya sama. Angka lulusan sekolah yang begitu tinggi namun tidak di iringi dengan bertambahnya sektor lapangan kerja menjadi faktor penyebab utama. 
Oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Essa memilih bekerja sebagai gadis penjaja kepuasan batin. Karena pada realitanya Di Indonesia sudah bukan rahasia lagi bila tuntutan kebutuhan ekonomi membuat banyak orang harus pintar dan jeli dalam mencari lapangan pekerjaan. Ribuan jumlah para pencari kerja pada tiap tahunnya, namun tidak disertai ketersediaan lapangan pekerjaan yang memadai.
Ada pencari kerja yang bermodalkan ijazah namun tak sedikit pula yang hanya bermodal kenekatan. Bagi yang berbekal ijazah dari jenjang pendidikan yang mereka miliki tentu mendapat keuntungan mengingat hampir pasti lapangan pekerjaan yang tersedia saat ini mensyaratkan hal tersebut. Sementara sisanya harus bisa menyesuaikan diri dengan lapangan pekerjaan yang sama sekali tidak diharapkan dan diimpikan semenjak kecil. Seperti yang tengah di jalani oleh Essa saat ini.

Persoalan yang tengah di hadapi Essa sebetulnya tidak perlu terjadi apabila masalah minimnya lapangan pekerjaan telah teratasi, karena tempat di mana Essa sekarang bekerja merupakan pekerjaan yang tidak pernah tercatat dalam dokumen ketenagakerjaan, Perlu di ketahui pula bahwa jenis pekerjaan apalagi yang ilegal cenderung mempunyai resiko lebih besar di bandingkan dengan yang resmi. Karena Seperti halnya yang terjadi pada kasus pengiriman tenaga kerja ilegal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun