Diluar pekerjaan dia orang yang baik kok. Memang kalau di saat bekerja dia tidak akan mentoleran satu kesalahan pun yang dilakukan orang-orang yang afa dibawahnya. Seperti Mak Sri, seberapapun dia menjilat Bu Dara, tetap saja akan mendapat tegutan kalau salah. Kadang gue kasian sama beliau, karena ketegasannya tersebut banyak yang tidak menyukainya baik bawahan maupun orang diluar team.Â
 Tapi sepertinya Bu Dara cuek, karena meskipun tahu tapi dia tidak merubah  sedikitpun pola dan cara memimpin teamnya.Â
 Sebelum keluar dari toilet, gue tidak lupa membersihkan ulang aksesories yang ada. Kadang gue aneh sama pemakai toilet di negara ini, rusuh. Washtafel yang harusnya hanya untuk cuci tangan dan separahnya cuci muka berubah jadi bak mandi. Cipratan air bukan hanya membasahi washbasinnya tetapi juga bisa sampai kesekitar meja menyerupai genangan dan sampai ke cermin pula.Â
 Closet pun, tidak kalah hebohnya. Di gedung ini tidak ada closet jongkok, semuanya closet duduk tetapi tidak jarang ditemukan ceplakan sepatu di bibir closet tersebut. Selentingan kalau dengar para cewek bercerita bahkan mereka sering menemukan lantai di kubikal becek, pertanda yang menggunakan memebasuh kotoran dengan cara nongkrong di lantai tersebut. Terkadang pula, ada yang enggan menekan plush di samping closet untuk mendorong kotoran tersebut turun ke bawah pipa. Entah mereka lupa atau memang malas melakukannya.
 "Itu masih mending Zai, kemaren toilet cewek di area saya malah ada yang buang celana dalam," sungur Dian setelah mendengar keluhan gue. "Kadang buang sampah tisue juga gak mau ke dalam cuma diatas tutupnya aja, ada juga tuh yang iseng buang pembalut kedalam closet. Padahal udah disiapin tempat sampah khusus," sungutnya lagi.
 Jujur, gue jadi ngeri denger cerita Dian. Ternyata toilet cewek itu lebih parah ketimbang yang cowok. Bayangin aja kalau sampe ada darah menstruasi yang menetes sampai ke lantai, mereka apa berpindah sebelum membasuh kotoran tersebut?
 "Capek ya jadi cleaning service," gue mulai mengeluh.
 "Tapi kalau terima gajinya gak capek kan Zai," ledeknya, gue cuma nyengir.
 "Lu sendiri apa gak pernah capek kerja kaya begini? Dimarahi orang, pengawas. Salah dikit aja di komplain, lu merasa gak sih kalau kita ini kaya gak dihargai gitu?" protes gue, Dian cuma tersenyum.
 "Kerja dimana pun dan jadi apapun kamu akan tetap merasa capek Zai kalau gak bersyukur," jawabnya kalem.
 "Ya lu gak iri apa dengan mereka yang kerjanya cuma di depan komputer, di ruangan ber ac, pakai baju rapih. Lah kita...ketemunya kotoran, kadang sampe bau badan ini  karena mandi keringat,"Â