Di alun-alun ini kita bisa menemukan banyak toko yang menjual barang bermerek, berbagai macam restoran yang menyajikan masakan Portugis dan masakan negara-negara lainnya. Awalnya alun-alun ini dibuka untuk perdagangan saja, namun sekarang juga terkenal untuk tempat diadakannya acara-acara publik dan hari perayaan. Alun-alun ini diaspal dengan batu-batuan Portugis yang indah dan dikelilingi oleh bangunan neo-klasik berwarna pastel, menciptakan suasana mediterania yang konsisten dan harmonis. Atraksi ini telah menjadi perpaduan yang indah dari ciri-ciri budaya Cina dan Portugis. Saat belanja atau membayar makanan pun, kita dapat menggunakan mata uang Hongkong Dollar (HKD) maupun mata uang mereka sendiri atau Macanese Pataca (MOP) sehingga jangan heran bila mendapat kembalian dengan mata uang yang berbeda.
Catatan sampingan: Disarankan memiliki banyak recehan atau uang koin karena ketika menaiki transportasi umum di Makau seperti bus, kita langsung membayarkan ongkos jalan dengan memasukan uang ke dalam kotak di samping supir yang tidak menawarkan kembalian. Jadi saat hendak menaiki transportasi umum jangan lupa siapkan uang kecil untuk ongkos jalannya ya, sahabat kompasianers!
Setelah puas memutari Senado Square, saya dan teman saya berpindah tempat lagi. Kali ini kami mengunjungi sejumlah mall yang cukup terkenal juga di Makau. Mall-mall di sana cenderung lebih megah dan mewah dibanding dengan yang di Jakarta karena interior dan eksterior mereka dirancang sedemikian rupa sehingga pengunjung dapat merasakan klasik dan mahalnya Makau.
Yang paling berkesan untuk saya adalah ketika melihat Little Venice di dalam gedung Hotel The Venetian Macau yang juga memiliki pusat perbelanjaan dan kasino di dalamnya. Bila sahabat kompasianers pernah menonton serial drama korea Boys Before Flowers, pasti mengingat adegan di mana para pemeran utama menaiki gondola didampingi dengan merdunya nyanyian Gondolier yang membawa mereka mengitari kanal buatan.
Ketika saya datang waktu itu sedang tidak dalam kondisi peak season dan terlebih bukan weekend sehingga tidak terlalu ramai. Menurut saya kanal buatannya tidak terlalu luas dan tidak terlalu panjang alurnya sehingga untuk menaiki wahana ini tidak menghabiskan durasi yang lama meskipun perlu merogoh kocek yang cukup banyak (sekitar Rp 300.000 untuk dewasa). Karena itu saya hanya melihat dari sisi-sisi samping kanal dan ikut menikmati nyanyian seorang gondolier yang sedang membawa satu keluarga yang menyewa gondola. Jika di kemudian hari sahabat kompasianers berkunjung ke Makau dan ingin menaiki wahana ini maka saya sarankan untuk mereservasi tiket terlebih dahulu lewat online travel agent apabila sedang peak season.