Ari Soemarno bahkan disingkirkan sendiri oleh SBY dengan memajukan Karen Agus Setiawan, dimana Karen secara perlahan melucuti kekuatan politik Ari Soemarno ditubuh Pertamina. Untuk sementara Ari Soemarno disingkirkan, dan Sudirman Said diparkir di Pindad.
Beruntung bagi Ari dan Dirman angin berhembus kuat ke dalam pembaharuan politik, dimana tiba-tiba muncul politisi yang tidak dikenal dari Solo menggebrak Jakarta, dari berhasil merebut kursi Gubernur DKI Jakarta, sampai secara kilat menjadi calon terdepan .
Sejak awal perhitungan keluarga Soemarno melihat bahwa selama 10 tahun rakyat kecewa dengan SBY karena isu korupsi besar besaran dan banyaknya kader Partai Demokrat yang diseret ke penjara.
Sementara Megawati sudah menanamkan investasi politiknya sebagai "Partai Oposisi" sudah jamak bahwa rakyat kembali mulai melihat perkembangan di PDIP sebagai antitesis Partai Demokrat, sementara di tubuh PDIP sudah mulai muncul bintang baru bernama Jokowi.
Di sinilah Ari Soemarno melihat peluang untuk kembali memainkan politik di Pertamina, tapi sasarannya sudah amat jelas yaitu memperkuat ISC dimana jalur pengendali perdagangan minyak di tangannya sehingga ia bisa mengatur siapapun yang jadi Presiden, rencana ini ia atur sedemikian lama dan jadi bagian dari langkah langkah politik Rini Soemarno adiknya.
Rini Soemarno yang pernah dulu dekat dengan Megawati, kembali merapat ke Megawati, menjelang pencalonan Jokowi istilahnya tidak ada satu hari-pun Rini Soemarno tidak mendampingi Megawati, ia selalu berada di dekat Megawati, kata kata manis Rini Soemarno kepada Megawati menjadi semaian benih benih pengkhianatan di kemudian hari, ia mengincar jabatan Menteri BUMN, dengan misi terpenting menguasai Pertamina. Dan Ari Soemarno bermain di dalam Pertamina untuk mengelola kebutuhan logistik para petarung Pemilu, dengan ini dia bisa mendikte siapapun baik Prabowo atau Jokowi untuk ikut dalam suara gendang mereka.
Sejarah mencatat dalam pertarungan Pilpres yang amat ketat dan cenderung keras, Jokowi memenangkan pertarungannya. Di tengah rakyat yang bersorak sorai, Ari Soemarno bekerja dengan senyap dengan langkah taktis menempatkan Sudirman Said ke dalam ESDM untuk mengatur Pertamina.
Jokowi sebenarnya punya calon kuat untuk Kementerian ESDM, namun dengan permainan Sudirman Said, untuk menghajar calon Jokowi, maka dipermainkanlah kekuatan KPK oleh oknum KPK, dimana Abraham Samad yang saat itu menjadi Ketua KPK, untuk menstabillo merah nama calon dari Jokowi, sehingga Sudirman Said masuk menjadi Menteri ESDM.Â
Dalam kasus ini sebenarnya KPK dibawah Abraham Samad juga sudah memainkan peran politisnya untuk membantu Sudirman Said, kelak jaringan Sudirman Said memang menguasai KPK dan kerap dipakai Sudirman Said dalam menjalankan operasi operasi politiknya, terbukti dalam Pilkada DKI para eks komisioner KPK berdiri dibelakang Sudirman Said dan menjadi lawan bagi Jokowi, ini juga investasi politik Ari Soemarno bila Jokowi berhasil digagalkan di tahun 2019, Ari masih pegang kendali kelompok Dirman.
Masuknya Sudirman Said di Kementerian ESDM, menjadi pertemuan kepentingan kepentingan besar dalam memainkan proyek proyek energy. Termasuk di dalamnya Pertamina. Rini Soemarno juga mengatur langkah agar jangan sampai ia terlihat menguasai Pertamina, maka Rini membiarkan "pintu lain" masuk dengan membawa nama Dwi Soetjipto atau kerap dipanggil dengan inisial namanya DS.Â
Masuknya DS menjadi Dirut Pertamina, diimbangi oleh Rini Soemarno dengan menempatkan Ahmad Bambang atau AB. Rini sengaja menjadikan Ahmad Bambang sebagai rencana panjang menguasai Pertamina. Sementara Ari Soemarno terus memperkuat ISC seraya memerintahkan Sudirman Said menghancurkan Petral.Â