Bara api ini kemudian membakar tetesan tersebut, menghasilkan aroma panggang yang khas.Â
Asap yang dihasilkan dari proses ini kembali naik dan "membumbui" makanan, menciptakan lapisan rasa yang kaya dan kompleks.
Proses ini, yang sering disebut sebagai "umpan balik aroma," sulit didapatkan jika memasak menggunakan kompor gas atau listrik.Â
Hal inilah yang membuat masakan seperti sate, ikan bakar, atau ayam panggang dari tungku kayu terasa lebih otentik dan memikat.
Koneksi dengan Tradisi dan Alam
Masakan tungku kayu bakar tidak hanya tentang rasa, tetapi juga tentang tradisi dan koneksi dengan alam.Â
Metode ini telah digunakan selama berabad-abad di berbagai budaya di dunia, termasuk Indonesia.Â
Memasak dengan kayu bakar sering kali mengingatkan pada suasana pedesaan, di mana makanan dimasak dengan penuh kesabaran dan cinta.
Kayu bakar yang digunakan biasanya berasal dari pohon lokal, yang memberikan rasa khas sesuai dengan daerah masing-masing.Â
Misalnya, di Indonesia, banyak rumah tangga menggunakan kayu pohon kelapa atau rambutan untuk memasak, menghasilkan aroma yang berbeda dari daerah lain.
Tantangan Memasak dengan Tungku Kayu Bakar
Meski memiliki banyak keunggulan, memasak dengan tungku kayu bakar juga memiliki tantangan tersendiri.Â
Membakar kayu dan menjaga bara api membutuhkan kesabaran dan keterampilan.
Di era modern yang serba cepat, banyak orang merasa metode ini kurang praktis dibandingkan dengan kompor gas atau listrik.Â