Pada kuartal III 2024, VIVA mencatat kerugian sebesar Rp239 miliar, angka yang semakin mempertegas posisi perusahaan dalam krisis.
Hutang yang Membebani dan Tantangan Restrukturisasi
Tingginya jumlah hutang VIVA, termasuk ANTV, menambah beban berat bagi manajemen untuk melakukan restrukturisasi keuangan.Â
Dengan jumlah hutang mencapai Rp8,79 triliun, perusahaan menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur.Â
Hutang tersebut bukan hanya membebani arus kas perusahaan, tetapi juga menciptakan tekanan tambahan di tengah kondisi pasar yang semakin kompetitif.
Langkah PHK massal yang dilakukan ANTV pada karyawan divisi produksinya diduga merupakan bagian dari upaya untuk menekan biaya operasional.
Namun, keputusan ini memunculkan kekhawatiran tentang keberlanjutan bisnis perusahaan di masa depan.Â
Produksi konten merupakan inti dari operasional sebuah stasiun televisi, dan pengurangan tenaga kerja di divisi ini bisa berdampak signifikan pada kualitas dan kuantitas program yang ditayangkan.
Dampak Krisis pada Industri Pertelevisian
Krisis yang dialami ANTV tidak hanya menjadi cerminan dari kesulitan internal perusahaan, tetapi juga mencerminkan tantangan yang lebih luas dalam industri pertelevisian Indonesia.Â
Persaingan dengan platform digital dan layanan streaming telah mengubah pola konsumsi media di masyarakat.
Televisi tradisional kini harus beradaptasi dengan perubahan ini, baik melalui diversifikasi konten maupun pengembangan strategi digital yang lebih terintegrasi.
Adaptasi ini membutuhkan investasi besar, sesuatu yang sulit dilakukan oleh perusahaan yang tengah terjerat hutang besar seperti ANTV.
Sebaliknya, perusahaan justru harus melakukan pengurangan biaya secara drastis, seperti melalui PHK massal, yang pada akhirnya bisa merugikan daya saingnya di pasar.