Mohon tunggu...
Jandris_Sky
Jandris_Sky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Eksplorasi Desa Adat Wae Rebo: Harmoni Kehidupan Tradisional dan Keberlanjutan

17 Desember 2024   07:12 Diperbarui: 17 Desember 2024   07:12 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesona desa wisata Wae Rebo di Manggarai, NTT dengan ciri khas rumah adat Mbaru Niang. (sumber foto: JawaPos.com)

Harmoni kehidupan tradisional dan keberlanjutan, eksplorasi desa Adat Wae Rebo.

Terletak di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, Desa Adat Wae Rebo adalah sebuah perkampungan tradisional yang memukau dengan keindahan alam dan budayanya. 

Terisolasi di antara pegunungan di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Wae Rebo sering dijuluki "desa di atas awan" karena posisinya yang unik. 

Desa ini tidak hanya menjadi saksi kehidupan tradisional masyarakat adat tetapi juga simbol dari upaya keberlanjutan di tengah modernisasi.

Mbaru Niang: Ikon Budaya yang Bersejarah

Salah satu daya tarik utama Wae Rebo adalah rumah tradisional berbentuk kerucut yang disebut mbaru niang. 

Terdapat tujuh rumah utama yang menjadi tempat tinggal masyarakat setempat.

Setiap rumah dapat menampung beberapa keluarga, yang mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas yang tinggi. 

Desain mbaru niang tidak hanya mencerminkan estetika tradisional, tetapi juga menjadi cerminan keberlanjutan.

Bahan bangunan seperti bambu, ijuk, dan kayu diperoleh dari hutan sekitar, tanpa merusak lingkungan.

Proses pembangunannya melibatkan seluruh anggota masyarakat, menunjukkan semangat gotong-royong. 

Tidak heran jika UNESCO menganugerahkan Wae Rebo penghargaan Award of Excellence pada tahun 2012 atas pelestarian arsitektur tradisional ini.

Kehidupan Tradisional yang Harmonis dengan Alam

Masyarakat Wae Rebo hidup dari pertanian dan hasil alam. 

Kopi adalah komoditas utama mereka, yang ditanam secara organik tanpa penggunaan bahan kimia. 

Sistem pertanian ini menjaga kesuburan tanah dan keberlanjutan ekosistem.

Selain itu, masyarakat juga mempraktikkan tradisi berburu dan memancing secara terbatas, hanya mengambil apa yang dibutuhkan untuk konsumsi.

Hutan di sekitar Wae Rebo dianggap sakral.

Masyarakat percaya bahwa mereka adalah penjaga hutan dan harus menjaga keseimbangannya. 

Tradisi ini, meskipun didasarkan pada kepercayaan leluhur, sejalan dengan prinsip-prinsip modern tentang konservasi alam.

Pengalaman Wisata Berbasis Komunitas

Dalam beberapa tahun terakhir, Wae Rebo telah menjadi destinasi wisata yang menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara. 

Namun, masyarakat setempat dengan bijak mengelola pariwisata agar tidak merusak keaslian desa.

Sistem wisata berbasis komunitas diterapkan dengan cermat.

Wisatawan yang ingin mengunjungi Wae Rebo harus melalui perjalanan mendaki sekitar empat jam melewati hutan dan bukit. 

Setibanya di desa, mereka disambut dengan upacara adat sebagai bentuk penghormatan. 

Wisatawan juga diharuskan mematuhi aturan adat selama tinggal, seperti menjaga kebersihan dan menghormati tradisi lokal.

Semua pemasukan dari pariwisata dikelola untuk kepentingan masyarakat.

Dana tersebut digunakan untuk memperbaiki infrastruktur desa, mendukung pendidikan, dan melestarikan tradisi. 

Dengan cara ini, pariwisata tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi tetapi juga memperkuat identitas budaya.

Keberlanjutan dan Tantangan Masa Depan

Meskipun berhasil mempertahankan tradisi, Wae Rebo tidak lepas dari tantangan. 

Aksesibilitas menuju desa masih menjadi kendala utama.

Infrastruktur jalan yang minim membuat perjalanan ke sana membutuhkan usaha ekstra. 

Selain itu, masyarakat setempat menghadapi tekanan dari modernisasi yang perlahan merambah wilayah mereka.

Namun, semangat kolektif masyarakat Wae Rebo menjadi modal utama dalam menghadapi tantangan ini. 

Dengan dukungan pemerintah dan berbagai organisasi, desa ini berpotensi menjadi contoh model keberlanjutan yang harmonis antara tradisi dan modernitas.

Pelajaran dari Wae Rebo untuk Dunia Modern

Wae Rebo mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. 

Dalam dunia yang semakin modern, masyarakat adat di desa ini menunjukkan bahwa kemajuan tidak harus mengorbankan tradisi atau lingkungan. 

Harmoni kehidupan mereka dengan alam adalah refleksi dari kearifan lokal yang telah teruji oleh waktu.

Selain itu, keberhasilan Wae Rebo dalam memanfaatkan pariwisata untuk melestarikan tradisi dan mendukung keberlanjutan patut diapresiasi. 

Ini menjadi inspirasi bagi komunitas lain untuk mengembangkan pariwisata berbasis komunitas yang tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi tetapi juga melindungi warisan budaya.

Eksplorasi Desa Adat Wae Rebo bukan hanya tentang menyaksikan keindahan alam dan budaya, tetapi juga mempelajari harmoni kehidupan yang menginspirasi. 

Desa ini adalah bukti nyata bahwa tradisi, keberlanjutan, dan modernisasi dapat berjalan beriringan. 

Dengan menjaga nilai-nilai leluhur dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijak, Wae Rebo telah memberikan pelajaran berharga bagi dunia tentang bagaimana hidup berdampingan dengan alam secara harmonis dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun