Masyarakat Wae Rebo hidup dari pertanian dan hasil alam.Â
Kopi adalah komoditas utama mereka, yang ditanam secara organik tanpa penggunaan bahan kimia.Â
Sistem pertanian ini menjaga kesuburan tanah dan keberlanjutan ekosistem.
Selain itu, masyarakat juga mempraktikkan tradisi berburu dan memancing secara terbatas, hanya mengambil apa yang dibutuhkan untuk konsumsi.
Hutan di sekitar Wae Rebo dianggap sakral.
Masyarakat percaya bahwa mereka adalah penjaga hutan dan harus menjaga keseimbangannya.Â
Tradisi ini, meskipun didasarkan pada kepercayaan leluhur, sejalan dengan prinsip-prinsip modern tentang konservasi alam.
Pengalaman Wisata Berbasis Komunitas
Dalam beberapa tahun terakhir, Wae Rebo telah menjadi destinasi wisata yang menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.Â
Namun, masyarakat setempat dengan bijak mengelola pariwisata agar tidak merusak keaslian desa.
Sistem wisata berbasis komunitas diterapkan dengan cermat.
Wisatawan yang ingin mengunjungi Wae Rebo harus melalui perjalanan mendaki sekitar empat jam melewati hutan dan bukit.Â
Setibanya di desa, mereka disambut dengan upacara adat sebagai bentuk penghormatan.Â
Wisatawan juga diharuskan mematuhi aturan adat selama tinggal, seperti menjaga kebersihan dan menghormati tradisi lokal.
Semua pemasukan dari pariwisata dikelola untuk kepentingan masyarakat.