Di Indonesia, beberapa rute penerbangan utama melibatkan jalur melengkung, seperti penerbangan dari Jakarta ke Jayapura, atau dari Denpasar ke Medan.Â
Pada peta datar, rute ini terlihat tidak lurus, namun hal tersebut dirancang untuk efisiensi dan keselamatan.
1. Bentuk Bumi yang Bulat
Faktor utama yang menyebabkan jalur penerbangan terlihat melengkung adalah bentuk bumi yang bulat.Â
Dalam ilmu geografi, jarak terpendek antara dua titik pada permukaan bola disebut great circle route atau lintasan lingkaran besar.Â
Rute ini sering kali terlihat melengkung pada peta datar (proyeksi Mercator) karena peta tersebut mendistorsi representasi wilayah bumi.Â
Misalnya, penerbangan dari Jakarta ke Tokyo tidak akan terlihat sebagai garis lurus di peta, melainkan melengkung ke arah utara karena lintasan lingkaran besar mengurangi jarak perjalanan.
2. Efisiensi Bahan Bakar dan Waktu
Dalam industri penerbangan, efisiensi bahan bakar adalah prioritas utama.Â
Pesawat dirancang untuk mengoptimalkan penggunaan bahan bakar, dan rute melengkung membantu mengurangi konsumsi bahan bakar dengan memanfaatkan lintasan terpendek pada bola bumi.Â
Contohnya, penerbangan dari Jakarta ke Jayapura yang mengikuti jalur melengkung di atas Laut Banda dan Samudra Pasifik akan lebih hemat bahan bakar dibandingkan jika menggunakan jalur lurus pada peta.
3. Pengaruh Cuaca dan Geografi
Wilayah udara Indonesia dikenal dengan kondisi cuaca tropis yang dinamis, seperti badai petir, hujan deras, dan angin kencang.Â
Rute melengkung memungkinkan pilot menghindari kondisi cuaca buruk untuk menjaga keselamatan penerbangan.Â