Di Indonesia, peran kurikulum sebagai alat untuk menanamkan nilai-nilai pelestarian lingkungan sangat penting.Â
Kurikulum yang hijau tidak hanya mencakup teori dan pengetahuan, tetapi juga mendorong tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa.Â
Program-program seperti penghijauan sekolah, pengelolaan sampah, dan kegiatan menanam pohon bisa diimplementasikan sebagai bagian dari pembelajaran yang langsung diaplikasikan di lapangan.
Selain itu, pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dapat dipahami melalui pendekatan interdisipliner, di mana mata pelajaran seperti biologi, geografi, dan bahkan ekonomi dapat diselaraskan untuk membangun pemahaman holistik tentang hubungan manusia dengan alam.Â
Dengan demikian, siswa akan lebih memahami implikasi dari tindakan mereka terhadap lingkungan dan termotivasi untuk mengambil langkah-langkah proaktif dalam pelestarian lingkungan.
Membangun Literasi Ekologi di Kalangan Siswa
Literasi ekologi merupakan kemampuan untuk memahami prinsip-prinsip dasar ekologi serta dampak dari aktivitas manusia terhadap ekosistem.Â
Membangun literasi ekologi sejak dini di kalangan siswa akan membantu mereka dalam memahami bagaimana sistem alami bekerja dan pentingnya menjaga keseimbangannya.Â
Melalui pendekatan kurikulum hijau, literasi ekologi dapat diterapkan dalam bentuk pembelajaran berbasis proyek yang memungkinkan siswa untuk mempelajari isu-isu lingkungan nyata, seperti pengelolaan sampah, daur ulang, atau dampak perubahan iklim.
Selain itu, kurikulum yang menghijaukan ini juga bisa mengadopsi metode pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), di mana siswa diajak untuk mencari solusi atas masalah lingkungan yang terjadi di sekitar mereka.Â
Metode ini tidak hanya meningkatkan literasi ekologi siswa, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif dalam mengatasi tantangan lingkungan.
Peluang dan Tantangan dalam Mengimplementasikan Kurikulum Hijau di Indonesia
Meski greening the curriculum memiliki potensi besar dalam menciptakan generasi yang lebih peduli lingkungan, tantangan dalam penerapannya tidak bisa diabaikan.Â
Kurangnya sumber daya, terbatasnya kapasitas guru dalam mengajarkan literasi ekologi, serta resistensi terhadap perubahan kurikulum merupakan beberapa hambatan yang dihadapi.Â