Pandemi juga menuntut Yusuf untuk berpikir kreatif dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari.Â
Ia bahkan menjual minuman di saat tabungannya tinggal Rp 12 juta, sedangkan anaknya baru saja masuk kuliah.Â
"Bayangin aja, mau mengandalkan kontrakan tapi cuma lima pintu yang berjalan, cukup buat bayar listrik doang," jelas Yusuf.Â
Kendati memiliki beberapa unit kontrakan, namun tidak semua unit terisi saat pandemi, yang menyebabkan pendapatannya tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarga.Â
Dalam situasi sulit itu, ia memilih bertahan dan mencari solusi, menunjukkan bahwa ia tak malu melakukan apa pun demi keberlangsungan pendidikan anaknya.
Kisah Yusuf Surya adalah cerminan keteguhan seorang ayah yang tidak mengenal kata menyerah.Â
Keputusan untuk "membobol celengan" demi biaya kuliah anaknya adalah bukti nyata dari pengorbanan seorang ayah yang ingin memastikan masa depan terbaik untuk buah hatinya.Â
"Dulu saya masih sendiri saya mengumpulkan uang sama adik saya," ujar Yusuf, mengingatkan kita bahwa apa yang kita miliki sekarang adalah hasil dari kerja keras bertahun-tahun.Â
Aset-aset yang ia kumpulkan selama ini ternyata menjadi pelindung ketika masa-masa sulit tiba, sebuah bukti bahwa persiapan dan perencanaan jangka panjang sangatlah penting.
Perjuangan Yusuf Surya mengajarkan kepada kita bahwa hidup mungkin tidak selalu berjalan sesuai rencana, tapi semangat pantang menyerah dan keinginan untuk terus berusaha adalah kunci menghadapi berbagai rintangan.Â
Pengalaman hidupnya juga memberikan inspirasi untuk selalu menghargai setiap pencapaian dan merencanakan masa depan dengan bijak.