Membangun ketahanan pangan yang lebih tangguh dan berkelanjutan, demi mencapai target yang ditetapkan dalam SDGs untuk mengakhiri kelaparan pada tahun 2030.
Mengakhiri kelaparan dunia telah menjadi tujuan global yang semakin mendesak, mengingat berbagai krisis yang mempengaruhi ketahanan pangan, seperti perubahan iklim, konflik, dan pandemi.Â
Pada Indeks Kelaparan Global (Global Hunger Index/GHI) 2024, Indonesia menempati peringkat ke-77 dari 127 negara, dengan skor 16,9, yang mengindikasikan tingkat kelaparan "sedang."Â
Skor GHI ini diukur untuk memantau kondisi kelaparan di tingkat global, regional, dan nasional.Â
Indikator GHI, yang semakin kecil angkanya menunjukkan semakin rendahnya kelaparan, menjadi tolok ukur penting untuk memantau kemajuan Indonesia dalam mengurangi kelaparan.Â
Pertanyaannya, mungkinkah Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan ke-2 yang berfokus pada "Mengakhiri Kelaparan," menjadi kunci untuk mengakhiri kelaparan di dunia dan mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan?
Mengapa SDGs Penting dalam Mengakhiri Kelaparan?
SDGs, yang dirumuskan oleh PBB pada tahun 2015, mencakup 17 tujuan dengan 169 target yang bertujuan mencapai kesejahteraan dan keberlanjutan di dunia pada tahun 2030.Â
Di antara 17 tujuan ini, SDGs ke-2 berkomitmen untuk "Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan meningkatkan nutrisi."Â
SDGs menekankan bahwa kelaparan adalah masalah yang tidak hanya terkait dengan kurangnya makanan, tetapi juga mencakup faktor-faktor seperti akses ekonomi, keadilan sosial, dan perubahan iklim yang mengancam ketersediaan pangan.Â
Melalui pendekatan multi-dimensi ini, SDGs menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk mengatasi kelaparan dengan mempromosikan ketahanan pangan, praktik pertanian berkelanjutan, serta peningkatan gizi dan akses pangan.
Tantangan dalam Pencapaian SDGs di Indonesia
Indonesia menghadapi beberapa tantangan dalam upaya mencapai SDGs ke-2.Â
Meskipun program nasional terus berkembang, hambatan seperti ketimpangan ekonomi dan geografis, infrastruktur yang terbatas, serta perubahan iklim memperburuk ketahanan pangan.Â
Kawasan-kawasan yang rentan di Indonesia, terutama wilayah terpencil atau yang sering terdampak bencana alam, cenderung memiliki akses terbatas terhadap pangan berkualitas dan kebutuhan gizi yang memadai.Â
Selain itu, ketergantungan pada pola konsumsi tertentu, seperti beras sebagai makanan pokok, memperburuk risiko ketahanan pangan apabila terdapat gangguan pada pasokan.
Strategi Indonesia dalam Mengakhiri Kelaparan
Indonesia telah menginisiasi berbagai upaya untuk mengatasi masalah kelaparan di dalam negeri dan meningkatkan ketahanan pangan secara keseluruhan.Â
Beberapa langkah yang telah dilakukan di antaranya:
1. Memperluas Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L)
P2L adalah program yang bertujuan untuk mendorong masyarakat memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam tanaman pangan.Â
Program ini tidak hanya membantu masyarakat memperoleh akses pangan segar dan bergizi, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada pasar.Â
Dengan mengembangkan P2L, Indonesia dapat meningkatkan ketahanan pangan lokal secara signifikan, terutama di wilayah yang jauh dari sentra produksi pangan utama.
2. Mengembangkan Varietas Beras Golden Rice dan Nutrizinc
Inovasi dalam bidang pangan juga menjadi fokus utama.Â
Pengembangan beras golden rice, yang diperkaya vitamin A, dan beras nutrizinc, yang mengandung zinc lebih tinggi, diharapkan dapat membantu mengatasi kekurangan nutrisi di daerah-daerah dengan prevalensi malnutrisi tinggi.Â
Inovasi ini berpotensi membantu masyarakat Indonesia mendapatkan gizi yang cukup dari sumber makanan lokal yang terjangkau.
3. Program Intervensi dari Kementerian Pertanian di Daerah Rawan Pangan
Kementerian Pertanian telah menjalankan berbagai program intervensi di daerah-daerah rawan pangan dengan menyediakan bantuan teknis, bibit unggul, dan dukungan teknologi bagi para petani.Â
Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian lokal dan mengurangi risiko ketergantungan pada impor pangan, yang rentan terhadap fluktuasi harga global.
Peran SDGs sebagai Solusi Jangka Panjang
Melalui SDGs, negara-negara termasuk Indonesia didorong untuk membangun ketahanan pangan berkelanjutan yang tidak hanya mengandalkan peningkatan produksi, tetapi juga memperbaiki distribusi, akses, serta nilai gizi pangan. SDGs ke-2 memerlukan pendekatan lintas sektor, termasuk peran pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil.Â
Pemerintah dapat terus mengembangkan kebijakan yang mendukung ketahanan pangan melalui subsidi, insentif bagi petani lokal, serta perlindungan bagi ekosistem yang mendukung keanekaragaman hayati dan produksi pangan.
Sementara itu, sektor swasta dapat berperan dalam penelitian dan inovasi, seperti pengembangan teknologi pertanian yang ramah lingkungan dan memperbaiki rantai pasok agar lebih efisien.Â
Di sisi lain, masyarakat juga didorong untuk berpartisipasi dalam program ketahanan pangan lokal seperti P2L atau urban farming di wilayah perkotaan.
SDGs sebagai Kunci untuk Masa Depan Bebas Kelaparan
Melalui kerangka SDGs, upaya mengakhiri kelaparan dapat lebih terstruktur dan terukur.Â
Dengan adanya target yang jelas, negara-negara dapat memusatkan sumber daya mereka untuk mencapai hasil yang signifikan.Â
Indonesia, melalui penerapan program nasional yang relevan, memiliki peluang besar untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengurangi angka kelaparan, dan menyediakan akses nutrisi yang lebih baik bagi seluruh warganya.Â
SDGs ke-2 adalah sebuah peta jalan yang konkret untuk mengatasi akar penyebab kelaparan secara global. Dengan komitmen kolektif, SDGs memang bisa menjadi kunci untuk mewujudkan dunia yang bebas dari kelaparan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya