Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ekonomi Hijau dan Hilirisasi Minerba: Menata Masa Depan Bagi Keberlanjutan Pembangunan Nasional

4 November 2024   19:00 Diperbarui: 4 November 2024   20:58 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintah juga mendorong adopsi teknologi ramah lingkungan dalam proses pengolahan minerba. (sumber: bing image creator/AI)

Hilirisasi mineral dan batubara (minerba) menjadi salah satu fokus utama pemerintah dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. 

Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah, khususnya di sektor mineral dan batubara (minerba), yang telah lama menjadi bagian penting dalam kontribusi terhadap perekonomian negara. 

Namun, potensi luar biasa ini belum sepenuhnya terwujud dalam nilai tambah ekonomi yang maksimal karena masih didominasi oleh ekspor bahan mentah. 

Pemerintah mulai menyadari pentingnya mendorong hilirisasi di sektor minerba guna menciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi perekonomian nasional.

Potensi sumber daya alam yang besar, Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan kekayaan mineral dan batubara, tidak hanya sebagai komoditas ekspor mentah, tetapi sebagai produk dengan nilai tambah tinggi melalui proses hilirisasi yang berkelanjutan.

Pendekatan ini bukan hanya berorientasi pada nilai ekonomi, tetapi juga sejalan dengan komitmen Indonesia dalam menciptakan ekonomi hijau, yaitu ekonomi yang memprioritaskan keberlanjutan dan keseimbangan ekologi. 

Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) per 9 September 2024 menunjukkan bahwa realisasi produksi batubara dalam negeri mencapai 541,18 juta metrik ton, atau sekitar 76,22 persen dari target yang telah ditetapkan. 

Dari total produksi ini, realisasi domestik mencapai 241,48 juta metrik ton, sementara ekspor mencapai 273,99 juta ton.

Pencapaian ini menggambarkan tingginya peran sektor minerba dalam mendukung perekonomian nasional, meskipun ke depannya tantangan besar tetap ada: bagaimana mentransformasikan produksi batubara dan mineral tersebut menjadi produk-produk bernilai tambah yang memiliki dampak ekonomi lebih besar dan ramah lingkungan. 

Bagaimana hilirisasi minerba, jika dilakukan dengan prinsip-prinsip ekonomi hijau, dapat memperkuat ekonomi nasional sekaligus menata masa depan yang lebih berkelanjutan.

Dengan komitmen menuju Indonesia Emas 2045, saat negara ini akan merayakan 100 tahun kemerdekaannya, pemerintah telah berupaya membangun infrastruktur, regulasi, serta kerangka kerja yang kuat guna memaksimalkan potensi hilirisasi mineral dan batubara. 

Upaya ini bertujuan untuk memastikan sektor minerba mampu berperan lebih signifikan dalam menopang perekonomian, membuka lapangan kerja, meningkatkan kemandirian industri, dan mendukung keberlanjutan.

1. Urgensi Hilirisasi dalam Mewujudkan Ekonomi Hijau

Indonesia merupakan salah satu produsen batubara terbesar di dunia, namun selama ini sebagian besar batubara dan mineral hanya diekspor sebagai bahan mentah. 

Hilirisasi harus dilakukan dengan pendekatan yang berkelanjutan. (sumber: bing image creator/AI)
Hilirisasi harus dilakukan dengan pendekatan yang berkelanjutan. (sumber: bing image creator/AI)
Keadaan ini mendorong pemerintah untuk mengambil langkah tegas dalam mendorong hilirisasi. 

Melalui hilirisasi, produk minerba dapat diolah menjadi produk setengah jadi atau produk jadi yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. 

Hal ini tidak hanya meningkatkan nilai ekonomis, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan dan menciptakan industri-industri penunjang di dalam negeri.

Namun, hilirisasi harus dilakukan dengan pendekatan yang berkelanjutan, terutama mengingat dampak lingkungan dari industri pengolahan minerba yang cukup besar. 

Pemerintah perlu memastikan bahwa proses hilirisasi ini sejalan dengan prinsip ekonomi hijau, yaitu menggunakan teknologi yang ramah lingkungan, mengurangi emisi karbon, dan mengedepankan efisiensi energi. 

Hal ini juga beriringan dengan komitmen Indonesia dalam Paris Agreement untuk mengurangi emisi karbon secara bertahap.

2. Pemerintah Menetapkan Target Hilirisasi dan Langkah Strategis

Pemerintah melalui Kementerian ESDM telah menetapkan sejumlah target dalam mempercepat hilirisasi minerba. 

Salah satunya adalah dengan meningkatkan produksi bahan baku industri seperti logam dasar, nikel, dan alumunium, yang banyak dibutuhkan oleh industri di dalam negeri. 

Hilirisasi juga diarahkan untuk mendukung pengembangan kendaraan listrik dan energi terbarukan, sejalan dengan program nasional untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Pada tahun 2024, pemerintah telah menerbitkan kebijakan yang mendorong industri minerba untuk membangun smelter atau pabrik pengolahan di dalam negeri. 

Pemerintah memberikan insentif bagi perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan. (sumber: bing image creator/AI)
Pemerintah memberikan insentif bagi perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan. (sumber: bing image creator/AI)
Smelter ini memungkinkan produk mentah seperti bijih nikel dan batubara untuk diolah menjadi produk setengah jadi atau produk akhir yang dapat dimanfaatkan di berbagai industri. 

Selain itu, pemerintah memberikan insentif bagi perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan untuk mendukung kegiatan hilirisasi.

Langkah-langkah strategis ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada ekspor bahan mentah dan memperkuat pasar domestik. 

Selain itu, langkah ini juga mendorong adanya diversifikasi produk yang memungkinkan sektor minerba menjadi lebih tangguh dan adaptif terhadap perubahan global.

3. Dampak Ekonomi dari Hilirisasi Minerba

Hilirisasi minerba yang efektif akan membawa dampak signifikan bagi ekonomi nasional. 

Selain menciptakan lapangan pekerjaan di sektor pengolahan, hilirisasi juga dapat meningkatkan pendapatan negara melalui pajak dan royalti yang lebih tinggi. 

Misalnya, nikel yang diolah menjadi stainless steel atau komponen baterai memiliki nilai tambah yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nikel mentah yang diekspor begitu saja.

Data dari ESDM juga menunjukkan peningkatan produksi dalam negeri yang cukup signifikan. 

Pada tahun 2024, produksi batubara dalam negeri mencapai 541,18 juta metrik ton, di mana 241,48 juta metrik ton digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik. 

Hilirisasi juga dapat menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi. (sumber: bing image creator/AI)
Hilirisasi juga dapat menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi. (sumber: bing image creator/AI)

Hal ini menunjukkan adanya permintaan yang besar dari industri dalam negeri, terutama industri energi dan manufaktur. 

Dengan peningkatan hilirisasi, pemerintah berharap angka ini akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya kapasitas smelter di berbagai daerah.

Hilirisasi juga dapat menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah penghasil sumber daya. 

Pembangunan pabrik pengolahan di daerah-daerah ini akan memberikan dampak ekonomi yang positif, baik melalui penciptaan lapangan kerja maupun melalui pertumbuhan industri pendukung seperti transportasi, jasa, dan perhotelan.

4. Tantangan dalam Mewujudkan Hilirisasi Berkelanjutan

Meskipun memiliki banyak potensi, penerapan hilirisasi berkelanjutan di sektor minerba bukan tanpa tantangan. 

Salah satu tantangan terbesar adalah tingginya biaya investasi untuk membangun fasilitas pengolahan seperti smelter, terutama yang menggunakan teknologi ramah lingkungan. 

Banyak perusahaan yang masih enggan berinvestasi dalam teknologi hijau karena biaya awal yang tinggi, meskipun dalam jangka panjang teknologi ini dapat memberikan efisiensi yang lebih baik.

Selain itu, masih ada keterbatasan dalam hal infrastruktur pendukung, terutama di wilayah-wilayah yang jauh dari pusat ekonomi. 

Banyak perusahaan yang masih enggan berinvestasi dalam teknologi hijau karena biaya awal yang tinggi. (sumber: bing image creator/AI)
Banyak perusahaan yang masih enggan berinvestasi dalam teknologi hijau karena biaya awal yang tinggi. (sumber: bing image creator/AI)

Untuk itu, pemerintah perlu memastikan adanya dukungan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, dan energi listrik yang memadai agar hilirisasi dapat berjalan lancar.

Isu lainnya adalah dampak lingkungan dari kegiatan pengolahan minerba. 

Proses pengolahan batubara dan mineral sering kali menghasilkan limbah dan emisi yang dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. 

Oleh karena itu, pemerintah perlu menetapkan regulasi yang ketat dan mendorong perusahaan untuk menerapkan teknologi pengolahan limbah dan pengurangan emisi yang efektif.

5. Potensi Keberlanjutan dengan Energi Terbarukan dan Teknologi Ramah Lingkungan

Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah juga mendorong penggunaan energi terbarukan dalam proses hilirisasi. 

Di beberapa daerah, proyek-proyek smelter yang menggunakan energi surya atau tenaga air sudah mulai dikembangkan. 

Pemerintah juga mendorong adopsi teknologi ramah lingkungan dalam proses pengolahan minerba. (sumber: bing image creator/AI)
Pemerintah juga mendorong adopsi teknologi ramah lingkungan dalam proses pengolahan minerba. (sumber: bing image creator/AI)

Hal ini sejalan dengan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengurangi emisi karbon di sektor industri.

Pemerintah juga mendorong adopsi teknologi ramah lingkungan dalam proses pengolahan minerba. 

Misalnya, penggunaan teknologi pengolahan limbah yang mampu mengurangi residu dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan bahan mentah. 

Dengan penerapan teknologi ini, diharapkan industri hilirisasi minerba dapat menjadi lebih berkelanjutan dan mendukung tercapainya target pengurangan emisi karbon.

6. Masa Depan Sektor Minerba Menuju Indonesia Emas 2045

Mewujudkan hilirisasi berkelanjutan di sektor minerba adalah langkah penting menuju visi Indonesia Emas 2045. 

Dengan optimalisasi sumber daya alam yang dimiliki, Indonesia dapat memperkuat fondasi ekonominya sekaligus menciptakan ekonomi yang lebih mandiri dan tangguh. 

Hilirisasi ini bukan hanya soal meningkatkan nilai ekonomi, tetapi juga tentang bagaimana membangun masa depan yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Dalam jangka panjang, hilirisasi minerba yang sejalan dengan prinsip ekonomi hijau dapat membantu Indonesia mencapai ketahanan ekonomi yang lebih baik, sekaligus mendukung upaya global dalam memerangi perubahan iklim. 

Sumber daya alam Indonesia membawa kemakmuran bagi generasi mendatang. (sumber: bing image creator/AI)
Sumber daya alam Indonesia membawa kemakmuran bagi generasi mendatang. (sumber: bing image creator/AI)

Dengan dukungan semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat, Indonesia memiliki peluang besar untuk mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan dan inklusif, serta menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab.

Pada akhirnya, hilirisasi minerba yang berkelanjutan bukan hanya menjadi alat untuk memperkuat perekonomian, tetapi juga menjadi warisan bagi masa depan bangsa. 

Upaya bersama dalam mewujudkan visi ini akan memastikan bahwa sumber daya alam Indonesia tidak hanya memberi manfaat bagi saat ini, tetapi juga membawa kemakmuran bagi generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun