Indonesia merupakan salah satu produsen batubara terbesar di dunia, namun selama ini sebagian besar batubara dan mineral hanya diekspor sebagai bahan mentah.Â
Keadaan ini mendorong pemerintah untuk mengambil langkah tegas dalam mendorong hilirisasi.Â
Melalui hilirisasi, produk minerba dapat diolah menjadi produk setengah jadi atau produk jadi yang memiliki nilai tambah lebih tinggi.Â
Hal ini tidak hanya meningkatkan nilai ekonomis, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan dan menciptakan industri-industri penunjang di dalam negeri.
Namun, hilirisasi harus dilakukan dengan pendekatan yang berkelanjutan, terutama mengingat dampak lingkungan dari industri pengolahan minerba yang cukup besar.Â
Pemerintah perlu memastikan bahwa proses hilirisasi ini sejalan dengan prinsip ekonomi hijau, yaitu menggunakan teknologi yang ramah lingkungan, mengurangi emisi karbon, dan mengedepankan efisiensi energi.Â
Hal ini juga beriringan dengan komitmen Indonesia dalam Paris Agreement untuk mengurangi emisi karbon secara bertahap.
2. Pemerintah Menetapkan Target Hilirisasi dan Langkah Strategis
Pemerintah melalui Kementerian ESDM telah menetapkan sejumlah target dalam mempercepat hilirisasi minerba.Â
Salah satunya adalah dengan meningkatkan produksi bahan baku industri seperti logam dasar, nikel, dan alumunium, yang banyak dibutuhkan oleh industri di dalam negeri.Â
Hilirisasi juga diarahkan untuk mendukung pengembangan kendaraan listrik dan energi terbarukan, sejalan dengan program nasional untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Pada tahun 2024, pemerintah telah menerbitkan kebijakan yang mendorong industri minerba untuk membangun smelter atau pabrik pengolahan di dalam negeri.Â
Smelter ini memungkinkan produk mentah seperti bijih nikel dan batubara untuk diolah menjadi produk setengah jadi atau produk akhir yang dapat dimanfaatkan di berbagai industri.Â