Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengatasi Gejolak Harga Pangan Melalui Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Dengan Penanaman Cabai

22 Oktober 2024   17:00 Diperbarui: 22 Oktober 2024   19:26 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pekarangan dapat disulap menjadi lahan produktif yang menghasilkan cabai. (dok: pribadi)

"Pemanfaatan pekarangan sebagai solusi berkelanjutan untuk gejolak harga cabai"

Gejolak harga pangan, terutama komoditas penting seperti cabai, telah menjadi isu yang sering muncul di Indonesia. 

Kenaikan harga cabai yang signifikan dapat berdampak pada berbagai sektor, termasuk pada ekonomi rumah tangga dan stabilitas sosial. 

Salah satu solusi yang mulai banyak diperbincangkan adalah optimalisasi pemanfaatan pekarangan untuk menanam cabai secara mandiri. 

Dengan memanfaatkan pekarangan yang dimiliki, masyarakat dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan cabai dari pasar dan ikut serta dalam menjaga stabilitas harga pangan.

Optimalisasi pemanfaatan pekarangan memiliki potensi yang besar dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan. 

Masyarakat dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan cabai dari pasar dan ikut serta dalam menjaga stabilitas harga pangan. (dok: pribadi)
Masyarakat dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan cabai dari pasar dan ikut serta dalam menjaga stabilitas harga pangan. (dok: pribadi)

Di banyak wilayah Indonesia, pekarangan rumah sering kali tidak dimanfaatkan secara optimal. 

Tanah yang seharusnya dapat digunakan untuk menanam berbagai jenis tanaman pangan dibiarkan kosong atau hanya ditanami tanaman hias. 

Dengan sedikit upaya dan pengetahuan, pekarangan dapat disulap menjadi lahan produktif yang menghasilkan cabai, salah satu komoditas yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

Pekarangan dapat disulap menjadi lahan produktif yang menghasilkan cabai. (dok: pribadi)
Pekarangan dapat disulap menjadi lahan produktif yang menghasilkan cabai. (dok: pribadi)

Penanaman cabai di pekarangan rumah memiliki banyak keuntungan. Pertama, cabai merupakan tanaman yang relatif mudah ditanam di berbagai kondisi lingkungan. 

Tanaman ini tidak membutuhkan lahan yang luas, sehingga sangat cocok untuk ditanam di pekarangan rumah, bahkan dalam pot atau polybag. 

Kedua, cabai merupakan tanaman yang cepat panen, sehingga hasilnya dapat segera dirasakan oleh keluarga yang menanamnya. 

Menanam cabai di pekarangan rumah juga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. (dok: pribadi)
Menanam cabai di pekarangan rumah juga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. (dok: pribadi)

Dengan menanam cabai sendiri, masyarakat tidak perlu lagi khawatir dengan fluktuasi harga di pasar, karena mereka memiliki stok cabai segar yang dapat dipetik kapan saja.

Menanam cabai di pekarangan rumah juga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 

Aktivitas bercocok tanam, termasuk menanam cabai, dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental. 

Menanam cabai di pekarangan rumah juga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. (dok: pribadi)
Menanam cabai di pekarangan rumah juga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. (dok: pribadi)

Di sisi lain, hasil panen cabai yang melimpah juga dapat dijual untuk menambah penghasilan keluarga. 

Pemanfaatan pekarangan untuk menanam cabai tidak hanya membantu menekan gejolak harga pangan, tetapi juga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan.

Hasil panen cabai yang melimpah juga dapat dijual untuk menambah penghasilan keluarga. (dok: pribadi)
Hasil panen cabai yang melimpah juga dapat dijual untuk menambah penghasilan keluarga. (dok: pribadi)

Pemerintah juga dapat berperan penting dalam mendorong optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui berbagai program dan kebijakan. 

Misalnya, pemerintah dapat memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara menanam cabai yang efektif dan efisien. 

Distribusi benih cabai secara gratis atau dengan harga terjangkau dapat membantu masyarakat memulai praktik menanam cabai di pekarangan mereka. 

Dengan adanya dukungan dari pemerintah, potensi pemanfaatan pekarangan sebagai solusi untuk mengatasi gejolak harga cabai dapat diwujudkan secara lebih luas.

Optimalisasi pemanfaatan pekarangan juga merupakan langkah yang selaras dengan konsep pertanian berkelanjutan. 

Dengan menanam cabai di pekarangan, masyarakat secara tidak langsung turut serta dalam menjaga ketahanan pangan lokal. 

Praktik ini dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan cabai dari luar daerah, sehingga mengurangi risiko kelangkaan cabai di pasar lokal. 

Selain itu, menanam cabai secara mandiri juga mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan dari transportasi distribusi cabai antar wilayah.

Pemanfaatan pekarangan untuk menanam cabai juga dapat menjadi bagian dari strategi adaptasi terhadap perubahan iklim. 

Dengan semakin meningkatnya risiko perubahan iklim yang dapat mempengaruhi hasil panen pertanian, memiliki sumber pangan yang ditanam secara mandiri di pekarangan rumah dapat menjadi langkah yang bijak untuk mengantisipasi ketidakpastian pasokan pangan di masa depan.

Secara keseluruhan, optimalisasi pemanfaatan pekarangan untuk menanam cabai merupakan solusi yang praktis, berkelanjutan, dan memberikan manfaat ganda bagi masyarakat. 

Selain dapat menekan gejolak harga pangan, praktik ini juga dapat meningkatkan ketahanan pangan, kesehatan, dan ekonomi keluarga. 

Dengan dukungan yang tepat, langkah ini dapat diadopsi oleh lebih banyak masyarakat Indonesia dan memberikan dampak positif yang signifikan dalam jangka panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun