1. Persaingan pasar yang semakin ketat.Â
Munculnya pemain-pemain baru, terutama dari Asia seperti merek-merek China.
Merek-merek China yang agresif dalam menawarkan mobil listrik dan mobil konvensional dengan harga lebih terjangkau, telah menggerus pangsa pasar VW.Â
Produk-produk tersebut kerap menawarkan teknologi yang lebih canggih dengan harga yang lebih kompetitif, membuat konsumen beralih dari merek-merek lama seperti VW.
2. Perubahan preferensi konsumen.Â
Seiring meningkatnya kesadaran akan lingkungan dan dorongan global untuk mengurangi emisi karbon, banyak konsumen beralih ke kendaraan listrik.Â
VW, meskipun memiliki lini produk listrik, belum mampu bersaing secara efektif di segmen ini di beberapa pasar, termasuk Indonesia.Â
Merek-merek seperti Tesla, BYD, dan Hyundai telah mendominasi pasar kendaraan listrik, sementara VW terlihat masih berusaha mengejar ketertinggalannya.
3. Kondisi ekonomi global yang menekan daya beli konsumen.Â
Inflasi yang tinggi, suku bunga yang meningkat, dan ketidakpastian ekonomi globalÂ
Ketidakpastian ekonomi global membuat banyak konsumen menunda atau bahkan membatalkan pembelian mobil baru.Â
Hal ini semakin diperburuk dengan harga mobil VW yang tergolong tinggi, yang membuatnya kurang menarik di tengah kondisi ekonomi yang sulit.
Kurangnya inovasi dan daya saing manufaktur di Jerman.Â
Sebagai lokasi produksi utama VW, Jerman menghadapi masalah dengan biaya produksi yang tinggi dan infrastruktur yang kurang kompetitif dibandingkan dengan negara-negara lain.Â
Hal ini membuat harga jual mobil VW di pasar internasional lebih mahal, yang akhirnya berdampak pada daya saingnya di tingkat global.