Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengubah Limbah Menjadi Rupiah: Tumbler Kempis, Gerakan Hijau Ramah Lingkungan untuk Mengurangi Limbah Plastik

18 September 2024   15:44 Diperbarui: 18 September 2024   15:49 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan desain yang elegan dan ramah lingkungan, Tumbler Kempis menjadi simbol gaya hidup hijau yang berkelanjutan.

Selain manfaat lingkungan, Tumbler Kempis juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan. 

Industri kerajinan kelapa ini membuka peluang kerja baru di berbagai daerah, terutama bagi masyarakat yang sebelumnya mengandalkan hasil pertanian kelapa. 

Dengan inovasi ini, limbah yang dulunya tidak bernilai kini bisa diubah menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi, sehingga memberikan tambahan pendapatan bagi para perajin.

Tumbler Kempis adalah contoh nyata bagaimana limbah dapat diubah menjadi cuan, sekaligus mendukung gerakan hijau yang saat ini tengah digalakkan di seluruh dunia. 

Dengan memanfaatkan tempurung kelapa, produk ini menawarkan alternatif berkelanjutan terhadap botol plastik sekali pakai yang merusak lingkungan. 

Selain ramah lingkungan, tumbler ini juga mendukung pemberdayaan ekonomi lokal, menciptakan peluang kerja, dan meningkatkan pendapatan masyarakat. 

Dengan desain yang alami dan daya tahan yang kuat, Tumbler Kempis bukan hanya sekadar produk, tetapi juga simbol komitmen untuk menjaga bumi tetap hijau. 

Melalui inovasi ini, kita dapat melangkah lebih jauh dalam menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan, di mana limbah alam tidak lagi menjadi masalah, melainkan menjadi solusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun